Palu, 28/12 (Benhil) - Rasio elektrifikasi kelistrikan desa di Sulawesi Tengah hingga kini baru sekitar 80 persen. Itu berarti sekitar 20 persen dari jumlah desa di provinsi itu yang belum menikmati penerangan listrik.
Terbanyak desa yang belum terjangkau listrik berada di dua kabupaten, yakni Sigi dan Donggala. Dua daerah di Sulteng yang paling banyak desanya belum terlistriki PLN rata-rata masih terisolasi karena masih terkendala masalah infrastruktur jalan. Misalnya, Dusun Moma dan Lero di Kabupaten Donggala, hingga kini masyarakatnya belum menikmati listrik, air bersih, sarana kesehatan, dan pendidikan.
Dua dusun yang permukimannya berada di dalam hutan belantara tersebut hanya bisa dijangkau jalan kaki atau naik sepeda motor yang sudah dimodifikasi disesuaikan medan jalan. Jumlah penduduk yang ada di Dusun Moma dan Lero sebanyak 60-an kepala keluarga (KK) dan 100 persen warga miskin.
Kondisi jalan sangat berat, selain hanya jalan setapak, juga harus melewati beberapa sungai kecil dan besar yang semuanya belum ada jembatan. Pada musim hujan, daerah itu sering dilanda banjir, praktis tidak bisa dilalui. Mereka terkadang bermalam di pinggir sungai menunggu sampai air surut dan bisa dilewati lagi.
Penduduk dua dusun itu mendambakan bisa segera terlepas dari belenggu keterisolasian sehingga mereka bisa meningkat tarif hidupnya.
Selama belum adanya infranstrukstur jalan, jembatan, listrik, sarana kesehatan, pendidikan, dan air bersih, masyarakat Dusun Moma dan Lero akan sangat sulit keluar dari keterbelakangan dan belunggu kemisninan. Ubi-ubian, jagung, dan pisang dijadikan makanan pokok masyarakat di dua dusun terisolasi di Kabupaten Donggala.
Mereka tidak hanya miskin ekonomi, tetapi juga miskin pendidikan dan kesehatan sehingga perlu mendapat perhatian pemerintah daerah maupun pusat.
"Yang paling utama kami butuhkan sekarang ini paling tidak akses jalan yang memadai dan listrik," kata Nanti, tokoh masyarakat Dusun Moma.
Desa Terisolasi Sementara itu, di Kabupaten Sigi yang bertetangga langsung dengan Palu, Ibu Kota Provinsi Sulteng, hingga kini masih banyak juga desa yang terisolasi. Di Kecamatan Pipikoro, semua desa di wilayah itu belum menikmati listrik PLN. Selain listrik juga akses jalan memadai belum tersedia sehingga sangat berdampak pada ekonomi masyarakatnya.
Jalan yang ada saat ini hanya bisa dilewati kendaraan sepeda motor. Bahkan, beberapa tahun lalu, masyarakat hanya jalan kaki untuk membeli berbagai kebutuhan sehari-hari ke Kulawi atau ke Kota Palu.
Bertahun-tahun masyarakat sangat menantikan adanya jalan memadai dan masuknya jaringan listrik PLN. Namun, sampai akhir 2017 belum juga menikmati listrik dan jalan memadai. Padahal, wilayah tersebut cukup subur dan hasil-hasil pertanian, seperti jagung, kedelai, padi sawah, padi ladang, dan berbagai komoditas perkebunan, seperti cengkih, kopi, dan kakao sangat menjanjikan.
Akan tetapi, karena tidak adanya prasana jalan memadai, selama ini masyarakat kesulitan untuk memasarkannya.
Bahkan, salah satu komoditas terkenal dan menjadi unggulan petani di wilayah itu adalah kopi. "Kopi produksi masyarakat Pipikoro cukup terkenal, bahkan banyak wisatawan mancanegara sangat suka," kata Oscar Losso, tokoh pemuda di Desa Peana, Kecamatan Pipikoro, Kabupaten Sigi. Kondisi yang sama juga dialami masyarakat di lima desa di Kecamatan Lindu. Kecamatan Lindu merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Sigi yang hingga kini belum juga terjangkau listrik.
Listrik yang ada di sana hanya listrik yang dihasilkan dari pembangkit genset dan tenaga surya yang hanya menyala pada malam hari dalam beberapa jam saja. Kecamatan Lindu pada zaman dahulu hanya bisa dijangkau jalan kaki atau naik alat transportasi tradisional, yakni kuda "pateke" (kuda beban).
Akan tetapi, sejak 2000-an, masyarakat Lindu sedikit berlega karena jalan yang ada sudah bisa dilewati kendaraan sepeda motor meski kondisi jalannya cukup berat dan rawan kecelakaan karena di samping kiri dan kanan jalan tebing dan jurang cukup dalam.
Dalam 2 tahun terakhir ini, Pemkab Sigi telah membenahi prasana jalan dengan melakukan pelebaran badan jalan sehingga bisa dilalui kendaraan mobil. Sekarang ini memang jalan menuju Lindu sudah bisa dilewati mobil ukuran terbatas, seperti Kijang, meski belum diaspal. Truk tidak diperbolehkan karena konsidi jalan yang belum mendukung.
Meski sudah bisa dilewati mobil, pada saat-saat tertentu, seperti musim hujan, akan sulit karena selain badan jalan licin dan berlumpur, juga sering terjadi tanah longsor. Di Kecamatan Lindu terdapat danau yang sangat indah dan memesona. Namanya Danau Lindu. Dalam beberapa tahun terakhir ini banyak wisatawan mancanegara yang berkunjung ke wilayah tersebut.
Di sekeliling danau itu terdapat permukiman penduduk lima desa, yakni Puro'o, Langko, Tomado, Anca, Kanawu, dan Olu.
Masyarakat di wilayah itu juga sangat berharap bisa segera menikmati penerangan listrik dari PLN. "Kita berharap pada tahun 2018, listrik PLN sudah bisa masuk di kecamatan itu," kata Karya Pegia, Camat Lindu.
Pemerintah kecamatan beberapa waktu lalu sudah pernah membahas soal listrik dengan pimpinan PLN Area Palu dan jika semua masalah sudah selesai kemungkinan pada tahun 2018 PLN sudah mulai membangun jaringan listrik dari Sadaunta, Kecamatan Kulawi, sampai ke Lindu.
Masalah utama yang dihadapi baik dalam peningkatan jalan maupun pembangunan jaringan listrik selama ini terkendala karena untuk menuju Lindu harus melewati kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL).
Camat Karya mereasa optimistis jika listrik sudah masuk dan jalan makin memadai, selain ekonomi masyarakat akan lebih bagus, juga wisatawan mancanegara akan berbondong-bondong datang. Pasalnya, selain objek wisata menarik, yakni Danau Lindu, juga terdapat keanekaragaman satwa endemik, seperti anoa, monyet, tarsius, babi rusa, dan berbagai jenis burung yang hanya hidup dan berkembang biak di wilayah hutan sekitar danau.
Komitmen PLN Manajer PLN Area Palu Emir Muhaimin menegaskan bahwa pihaknya bersama pemerintah berkomitmen untuk melistriki semua desa di Tanah Air, termasuk di Provinsi Sulawesi Tengah yang hingga kini masih banyak desa belum mendapatkan pasokan listrik dari PLN, seperti Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi.
Semua desa di Kecamatan Lindu sampai sekarang ini belum menikmati listrik PLN. Oleh karena itu, salah satu prioritas pembangunan listrik desa di Sulteng adalah wilayah Lindu. Emir mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan survei ke wilayah tersebut terkaitan dengan rencana pembangunan listrik perdesaan.
Tim dari PLN sudah melakukan peninjaun lapangan, mendata titik-titik pemasangan tiang dan penarikan jaringan listrik dari Dusun Sadaunta, Kecamatan Kulawi menuju desa-desa di Kecamatan Lindu. Karena wilayah itu harus melewati kawasan hutan Lindung Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), terlebih dahulu mendapat izin dari pihak berwenang.
Jika izin sudah ada, langsung ditindaklanjuti dengan membangun tiang dan jaringan listrik.
PT PLN menargetkan program realisasi desa berlistrik di Provinsi Sulawesi Tengah bisa mencapai 100 persen pada tahun 2019.
"Sekarang ini baru sekitar 80 persen desa di Sulteng yang telah terjangkau listrik PLN," kata Emir.
Desa di Sulteng yang belum terlistrikan rata-rata wilayahnya masih sangat sulit dijangkau transportasi mobil. Inilah salah satu faktor yang selama ini merupakan kendala utama dalam membangun jaringan distribusi listrik ke sejumlah wilayah yang ada di Provinsi Sulteng.
Namun, kata dia, sudah menjadi komitmen PLN untuk melistriki semua desa di Tanah Air, termasuk Sulteng yang sampai sekarang ini masih sekitar 20 persen desa sama sekali belum menikmati penerangan listrik PLN. Keadaan yang sama juga diharapkan di provinsi lain, seperti masyarakat di Sumatera Utara, yang menanti Sumut terang 2018.
Selain itu, juga karena keterbatasan anggaran yang dialokasikan pemerintah setiap tahunnya untuk listrik desa. (Ben/An/Anas Masa)
Terbanyak desa yang belum terjangkau listrik berada di dua kabupaten, yakni Sigi dan Donggala. Dua daerah di Sulteng yang paling banyak desanya belum terlistriki PLN rata-rata masih terisolasi karena masih terkendala masalah infrastruktur jalan. Misalnya, Dusun Moma dan Lero di Kabupaten Donggala, hingga kini masyarakatnya belum menikmati listrik, air bersih, sarana kesehatan, dan pendidikan.
Dua dusun yang permukimannya berada di dalam hutan belantara tersebut hanya bisa dijangkau jalan kaki atau naik sepeda motor yang sudah dimodifikasi disesuaikan medan jalan. Jumlah penduduk yang ada di Dusun Moma dan Lero sebanyak 60-an kepala keluarga (KK) dan 100 persen warga miskin.
Kondisi jalan sangat berat, selain hanya jalan setapak, juga harus melewati beberapa sungai kecil dan besar yang semuanya belum ada jembatan. Pada musim hujan, daerah itu sering dilanda banjir, praktis tidak bisa dilalui. Mereka terkadang bermalam di pinggir sungai menunggu sampai air surut dan bisa dilewati lagi.
Penduduk dua dusun itu mendambakan bisa segera terlepas dari belenggu keterisolasian sehingga mereka bisa meningkat tarif hidupnya.
Selama belum adanya infranstrukstur jalan, jembatan, listrik, sarana kesehatan, pendidikan, dan air bersih, masyarakat Dusun Moma dan Lero akan sangat sulit keluar dari keterbelakangan dan belunggu kemisninan. Ubi-ubian, jagung, dan pisang dijadikan makanan pokok masyarakat di dua dusun terisolasi di Kabupaten Donggala.
Mereka tidak hanya miskin ekonomi, tetapi juga miskin pendidikan dan kesehatan sehingga perlu mendapat perhatian pemerintah daerah maupun pusat.
"Yang paling utama kami butuhkan sekarang ini paling tidak akses jalan yang memadai dan listrik," kata Nanti, tokoh masyarakat Dusun Moma.
Desa Terisolasi Sementara itu, di Kabupaten Sigi yang bertetangga langsung dengan Palu, Ibu Kota Provinsi Sulteng, hingga kini masih banyak juga desa yang terisolasi. Di Kecamatan Pipikoro, semua desa di wilayah itu belum menikmati listrik PLN. Selain listrik juga akses jalan memadai belum tersedia sehingga sangat berdampak pada ekonomi masyarakatnya.
Jalan yang ada saat ini hanya bisa dilewati kendaraan sepeda motor. Bahkan, beberapa tahun lalu, masyarakat hanya jalan kaki untuk membeli berbagai kebutuhan sehari-hari ke Kulawi atau ke Kota Palu.
Bertahun-tahun masyarakat sangat menantikan adanya jalan memadai dan masuknya jaringan listrik PLN. Namun, sampai akhir 2017 belum juga menikmati listrik dan jalan memadai. Padahal, wilayah tersebut cukup subur dan hasil-hasil pertanian, seperti jagung, kedelai, padi sawah, padi ladang, dan berbagai komoditas perkebunan, seperti cengkih, kopi, dan kakao sangat menjanjikan.
Akan tetapi, karena tidak adanya prasana jalan memadai, selama ini masyarakat kesulitan untuk memasarkannya.
Bahkan, salah satu komoditas terkenal dan menjadi unggulan petani di wilayah itu adalah kopi. "Kopi produksi masyarakat Pipikoro cukup terkenal, bahkan banyak wisatawan mancanegara sangat suka," kata Oscar Losso, tokoh pemuda di Desa Peana, Kecamatan Pipikoro, Kabupaten Sigi. Kondisi yang sama juga dialami masyarakat di lima desa di Kecamatan Lindu. Kecamatan Lindu merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Sigi yang hingga kini belum juga terjangkau listrik.
Listrik yang ada di sana hanya listrik yang dihasilkan dari pembangkit genset dan tenaga surya yang hanya menyala pada malam hari dalam beberapa jam saja. Kecamatan Lindu pada zaman dahulu hanya bisa dijangkau jalan kaki atau naik alat transportasi tradisional, yakni kuda "pateke" (kuda beban).
Akan tetapi, sejak 2000-an, masyarakat Lindu sedikit berlega karena jalan yang ada sudah bisa dilewati kendaraan sepeda motor meski kondisi jalannya cukup berat dan rawan kecelakaan karena di samping kiri dan kanan jalan tebing dan jurang cukup dalam.
Dalam 2 tahun terakhir ini, Pemkab Sigi telah membenahi prasana jalan dengan melakukan pelebaran badan jalan sehingga bisa dilalui kendaraan mobil. Sekarang ini memang jalan menuju Lindu sudah bisa dilewati mobil ukuran terbatas, seperti Kijang, meski belum diaspal. Truk tidak diperbolehkan karena konsidi jalan yang belum mendukung.
Meski sudah bisa dilewati mobil, pada saat-saat tertentu, seperti musim hujan, akan sulit karena selain badan jalan licin dan berlumpur, juga sering terjadi tanah longsor. Di Kecamatan Lindu terdapat danau yang sangat indah dan memesona. Namanya Danau Lindu. Dalam beberapa tahun terakhir ini banyak wisatawan mancanegara yang berkunjung ke wilayah tersebut.
Di sekeliling danau itu terdapat permukiman penduduk lima desa, yakni Puro'o, Langko, Tomado, Anca, Kanawu, dan Olu.
Masyarakat di wilayah itu juga sangat berharap bisa segera menikmati penerangan listrik dari PLN. "Kita berharap pada tahun 2018, listrik PLN sudah bisa masuk di kecamatan itu," kata Karya Pegia, Camat Lindu.
Pemerintah kecamatan beberapa waktu lalu sudah pernah membahas soal listrik dengan pimpinan PLN Area Palu dan jika semua masalah sudah selesai kemungkinan pada tahun 2018 PLN sudah mulai membangun jaringan listrik dari Sadaunta, Kecamatan Kulawi, sampai ke Lindu.
Masalah utama yang dihadapi baik dalam peningkatan jalan maupun pembangunan jaringan listrik selama ini terkendala karena untuk menuju Lindu harus melewati kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL).
Camat Karya mereasa optimistis jika listrik sudah masuk dan jalan makin memadai, selain ekonomi masyarakat akan lebih bagus, juga wisatawan mancanegara akan berbondong-bondong datang. Pasalnya, selain objek wisata menarik, yakni Danau Lindu, juga terdapat keanekaragaman satwa endemik, seperti anoa, monyet, tarsius, babi rusa, dan berbagai jenis burung yang hanya hidup dan berkembang biak di wilayah hutan sekitar danau.
Komitmen PLN Manajer PLN Area Palu Emir Muhaimin menegaskan bahwa pihaknya bersama pemerintah berkomitmen untuk melistriki semua desa di Tanah Air, termasuk di Provinsi Sulawesi Tengah yang hingga kini masih banyak desa belum mendapatkan pasokan listrik dari PLN, seperti Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi.
Semua desa di Kecamatan Lindu sampai sekarang ini belum menikmati listrik PLN. Oleh karena itu, salah satu prioritas pembangunan listrik desa di Sulteng adalah wilayah Lindu. Emir mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan survei ke wilayah tersebut terkaitan dengan rencana pembangunan listrik perdesaan.
Tim dari PLN sudah melakukan peninjaun lapangan, mendata titik-titik pemasangan tiang dan penarikan jaringan listrik dari Dusun Sadaunta, Kecamatan Kulawi menuju desa-desa di Kecamatan Lindu. Karena wilayah itu harus melewati kawasan hutan Lindung Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), terlebih dahulu mendapat izin dari pihak berwenang.
Jika izin sudah ada, langsung ditindaklanjuti dengan membangun tiang dan jaringan listrik.
PT PLN menargetkan program realisasi desa berlistrik di Provinsi Sulawesi Tengah bisa mencapai 100 persen pada tahun 2019.
"Sekarang ini baru sekitar 80 persen desa di Sulteng yang telah terjangkau listrik PLN," kata Emir.
Desa di Sulteng yang belum terlistrikan rata-rata wilayahnya masih sangat sulit dijangkau transportasi mobil. Inilah salah satu faktor yang selama ini merupakan kendala utama dalam membangun jaringan distribusi listrik ke sejumlah wilayah yang ada di Provinsi Sulteng.
Namun, kata dia, sudah menjadi komitmen PLN untuk melistriki semua desa di Tanah Air, termasuk Sulteng yang sampai sekarang ini masih sekitar 20 persen desa sama sekali belum menikmati penerangan listrik PLN. Keadaan yang sama juga diharapkan di provinsi lain, seperti masyarakat di Sumatera Utara, yang menanti Sumut terang 2018.
Selain itu, juga karena keterbatasan anggaran yang dialokasikan pemerintah setiap tahunnya untuk listrik desa. (Ben/An/Anas Masa)
Tags
Aktual