Bandung, (Benhil 2/11/2017) - Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) akan masif melakukan sosialisasi pencegahan kanker serviks dan payudara di seluruh kota dan kabupaten di Jabar. Hal ini dilakukan mengingat prevalensi penyakit ini cukup tinggi kurang lebih 20.000 penderita, dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
“Tentu kita (Pemerintah Provinsi Jabar) akan terus melakukan pencanangan pencegahan kanker serviks dan payudara di seluruh kota dan kabupaten Jawa Barat, karena ini diminta pusat dan melihat angka penderita pun di Jabar cukup tinggi,” tutur Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan di Gedung Sate Bandung, Kamis (2/11).
Pencanangan sosialisasi pencegahan kanker serviks dan payudara ini lanjut Aher, tidak saja dilakukan hari ini atau bulan Oktober saja, tetapi pernah dilakukan sebelumnya (Oktober tahun lalu) dan akan terus dilakukan setiap harinya melalui sosialisasi oleh Dinas Kesehatan dengan menggandeng lembaga terkait seperti BPJS dan lainnya.
“Tetapi setiap bulan Oktober ini menjadi momentum atau reminder sebagai bulan kanker. Sehingga, bulan Oktober ini jadi pengingat semua untuk mewaspadai kanker terutama serviks dan payudara,” jelasnya.
Pencanangan atau gerakan sosialisasi ini penting dilakukan terangnya, karena prevalensi penyakit kanker serviks dan payudara ini cukup tinggi di Jabar, dan program ini pun dianjurkan terus dilakukan oleh Pemerintah Pusat terutamanya oleh Ibu Negara Iriana Joko Widodo dan Kementerian Kesehatan RI, serta mengingat penyakit ini menjadi pembunuh nomor 2 bagi perempuan.
“Kanker serviks dan payudara ini bahaya, pembunuh nomor dua setelah jantung bagi perempuan. Oleh karena itu, penting membangun reproduksi perempuan yang sehat karena perempuan menjadi center of life di keluarga,” terangnya.
Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan terus melakukan sosialisasi secara menyuluruh di Jabar. Supaya lebih meningkatkan kesehatan perempuan terutama untuk kesadaran terhadap pencegahan dini kanker serviks dan payudara.
Banyak Wanita yang Malu
Hal senada disampaikan juga oleh Ketua Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Jawa Barat Netty Prasetiyani Heryawan, pihak sangat mengapresiasi upaya Pemerintah Provinsi Jabar untuk mengurangi dan mencegah prevalensi penyakit kanker serviks dan payudara yang cukup tinggi di Jabar, yaitu melalui pencanangan maupun sosialisasi.
“Semoga pencanangan ini menjadi daya ungkit dan meningkatkan kesehatan perempuan, sehingga daya saing akan meningkat juga,” tuturnya.
Pencegahan penyakit kanker yaitu serviks dan payudara ini penting dilakukan mengingat penyakit ini ancaman besar bagi perempuan, dan dengan adanya pencanangan dan sosialisasi ini diharapkan akan lebih mendorong lagi para perempuan untuk mau memeriksakan diri sejak dini dari ancaman penyakit kanker serviks dan payudara.
“Terutamanya pemeriksaan penyakit serviks yang sejauh ini masih mengalami kendala psikologis. Masih banyak perempuan yang malu memeriksakan alat reproduksinya untuk melihat indikasi terkena serviks atau tidak,” jelasnya.
Selain itu tambah Netty, pihaknya berharap ke depannya sosialisasi ini dapat menyasar para pekerja perempuan di pabrik-pabrik, karena di lokasi tersebut atau di industri padat karya yang banyak memperkerjakan perempuan tentu akan lebih banyak populasi perempuan yang memiliki resiko terkena kanker serviks maupun payudara.
“Kita minta ke BPJS agar pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dan payudara itu bukan hanya dilakukan di lingkungan Pemda saja, tetapi bisa segera dilakukan di pabrik-pabrik karena pasti dilingkungan daerah tersebut banyak perempuan yang juga bisa beresiko penyakit kanker ini,” pintanya.
“Tentu kita (Pemerintah Provinsi Jabar) akan terus melakukan pencanangan pencegahan kanker serviks dan payudara di seluruh kota dan kabupaten Jawa Barat, karena ini diminta pusat dan melihat angka penderita pun di Jabar cukup tinggi,” tutur Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan di Gedung Sate Bandung, Kamis (2/11).
Pencanangan sosialisasi pencegahan kanker serviks dan payudara ini lanjut Aher, tidak saja dilakukan hari ini atau bulan Oktober saja, tetapi pernah dilakukan sebelumnya (Oktober tahun lalu) dan akan terus dilakukan setiap harinya melalui sosialisasi oleh Dinas Kesehatan dengan menggandeng lembaga terkait seperti BPJS dan lainnya.
“Tetapi setiap bulan Oktober ini menjadi momentum atau reminder sebagai bulan kanker. Sehingga, bulan Oktober ini jadi pengingat semua untuk mewaspadai kanker terutama serviks dan payudara,” jelasnya.
Pencanangan atau gerakan sosialisasi ini penting dilakukan terangnya, karena prevalensi penyakit kanker serviks dan payudara ini cukup tinggi di Jabar, dan program ini pun dianjurkan terus dilakukan oleh Pemerintah Pusat terutamanya oleh Ibu Negara Iriana Joko Widodo dan Kementerian Kesehatan RI, serta mengingat penyakit ini menjadi pembunuh nomor 2 bagi perempuan.
“Kanker serviks dan payudara ini bahaya, pembunuh nomor dua setelah jantung bagi perempuan. Oleh karena itu, penting membangun reproduksi perempuan yang sehat karena perempuan menjadi center of life di keluarga,” terangnya.
Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan terus melakukan sosialisasi secara menyuluruh di Jabar. Supaya lebih meningkatkan kesehatan perempuan terutama untuk kesadaran terhadap pencegahan dini kanker serviks dan payudara.
Banyak Wanita yang Malu
Hal senada disampaikan juga oleh Ketua Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Jawa Barat Netty Prasetiyani Heryawan, pihak sangat mengapresiasi upaya Pemerintah Provinsi Jabar untuk mengurangi dan mencegah prevalensi penyakit kanker serviks dan payudara yang cukup tinggi di Jabar, yaitu melalui pencanangan maupun sosialisasi.
“Semoga pencanangan ini menjadi daya ungkit dan meningkatkan kesehatan perempuan, sehingga daya saing akan meningkat juga,” tuturnya.
Pencegahan penyakit kanker yaitu serviks dan payudara ini penting dilakukan mengingat penyakit ini ancaman besar bagi perempuan, dan dengan adanya pencanangan dan sosialisasi ini diharapkan akan lebih mendorong lagi para perempuan untuk mau memeriksakan diri sejak dini dari ancaman penyakit kanker serviks dan payudara.
“Terutamanya pemeriksaan penyakit serviks yang sejauh ini masih mengalami kendala psikologis. Masih banyak perempuan yang malu memeriksakan alat reproduksinya untuk melihat indikasi terkena serviks atau tidak,” jelasnya.
Selain itu tambah Netty, pihaknya berharap ke depannya sosialisasi ini dapat menyasar para pekerja perempuan di pabrik-pabrik, karena di lokasi tersebut atau di industri padat karya yang banyak memperkerjakan perempuan tentu akan lebih banyak populasi perempuan yang memiliki resiko terkena kanker serviks maupun payudara.
“Kita minta ke BPJS agar pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dan payudara itu bukan hanya dilakukan di lingkungan Pemda saja, tetapi bisa segera dilakukan di pabrik-pabrik karena pasti dilingkungan daerah tersebut banyak perempuan yang juga bisa beresiko penyakit kanker ini,” pintanya.
Datang Saat Sudah Parah. Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Dodo Suhendar menambahkan, salah-satu upaya mereduksi tingginya prevalensi penyakit kanker serviks dan payudara di Jabar Dinkes Jabar melakukan upaya sistematis dan terorganisir seperti lakukan sosialisasi untuk promotifnya, dan peningkatan kesadaran masyarakat (perempuan) untuk mau memeriksakan diri melalui pemeriksaan rutin tes IVA dan Papsmear untuk preventifnya.
“Kami lebih ke upaya secara sistematis dan terorganisir melakukan upaya promotif dan preventif, dengan begitu diharapkan akan banyak perempuan yang melakukan deteksi dini sehingga akan ketahuan atau
lesinya,” jelasnya.
Adapun untuk jumlah penderita penyakit kanker serviks dan payudara di Jabar ini cukup tinggi. Dimana menurut laporan RS Hasan Sadikin lebih dari 2.000 di 2017 ini, dan rerata pasien kanker baik serviks maupun payudara ini datang sudah di stadium 3 atau 4.
“Atau dalam kondisi parah, dimana pengobatannya sudah pasti mahal, belum tindakannya yang lebih banyak lagi, ditambah harus antri dan akan lebih banyak terapi, dan tidak sedikit pasien yang meninggal karena terlambat berobat,” terangnnya.
“Kami lebih ke upaya secara sistematis dan terorganisir melakukan upaya promotif dan preventif, dengan begitu diharapkan akan banyak perempuan yang melakukan deteksi dini sehingga akan ketahuan atau
lesinya,” jelasnya.
Adapun untuk jumlah penderita penyakit kanker serviks dan payudara di Jabar ini cukup tinggi. Dimana menurut laporan RS Hasan Sadikin lebih dari 2.000 di 2017 ini, dan rerata pasien kanker baik serviks maupun payudara ini datang sudah di stadium 3 atau 4.
“Atau dalam kondisi parah, dimana pengobatannya sudah pasti mahal, belum tindakannya yang lebih banyak lagi, ditambah harus antri dan akan lebih banyak terapi, dan tidak sedikit pasien yang meninggal karena terlambat berobat,” terangnnya.
Gratis Bagi Pengguna BPJS
Oleh karena itu, Pemprov Jabar berharap setiap Oktober ini menjadi momentum atau pengingat masyarakat atas bahayanya penyakit kanker serviks dan payudara ini. Melalui upaya sosialisasi ini, Kita berharap dari total populasi penduduk Jabar kurang lebih 47 juta jiwa, diantaranya 7 juta jiwa perempuan yang sudah melakukan pemeriksaan. Sehingga setidaknya akan mengurangi prevalensi ini terutama mencegahnya.
“Dan Kita pun berharap dampak dari gencarnya sosialisasi ini, akan lebih banyak lagi perempuan yang melakukan pemeriksaan tetapi yang berkelanjutan tidak sporadis saja, dan Kita akan bergerak bersama POGI, Puskesmas, rumah sakit, bidan-bidan untuk melakukan sosialisasi ini,” ujarnya.
Untuk masyarakat yang ingin memeriksa penyakit kanker serviks dan payudara, bisa langsung ke Puskesmas terdekat. Bagi peserta BPJS tidak dikenakan biaya, sedangkan bagi non-peserta BPJS akan dikenakan biaya sekitar Rp20.000 hingga Rp60.000. Setelah diperiksa jika ada yang harus ditindaklanjuti lebih serius, tenaga medis di Puskesmas akan meminta untuk memeriksakan ke rumah sakit.
“Biaya pemeriksaan kanker serviks dan payudara itu murah apalagi untuk peserta BPJS itu gratis,” tutupnya. (fit)
“Dan Kita pun berharap dampak dari gencarnya sosialisasi ini, akan lebih banyak lagi perempuan yang melakukan pemeriksaan tetapi yang berkelanjutan tidak sporadis saja, dan Kita akan bergerak bersama POGI, Puskesmas, rumah sakit, bidan-bidan untuk melakukan sosialisasi ini,” ujarnya.
Untuk masyarakat yang ingin memeriksa penyakit kanker serviks dan payudara, bisa langsung ke Puskesmas terdekat. Bagi peserta BPJS tidak dikenakan biaya, sedangkan bagi non-peserta BPJS akan dikenakan biaya sekitar Rp20.000 hingga Rp60.000. Setelah diperiksa jika ada yang harus ditindaklanjuti lebih serius, tenaga medis di Puskesmas akan meminta untuk memeriksakan ke rumah sakit.
“Biaya pemeriksaan kanker serviks dan payudara itu murah apalagi untuk peserta BPJS itu gratis,” tutupnya. (fit)
Tags
Kesehatan