Jakarta, 15/10 (Benhil) - Dua hari lalu, tepatnya Jumat (13/10), Presiden Joko Widodo melakukan penanaman perdana peremajaan atau replanting kebun kelapa sawit seluas 4.400 hektare di kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Program peremajaan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) tersebut telah lama dinanti-nantikan petani, karena mereka berharap dengan upaya itu produktivitas tanaman kembali meningkat yang muaranya menaikkan kesejahteraan mereka.
Sebagimana data yang dikeluarkan Kementerian Pertanian (Kementan), produktivitas kelapa sawit Indonesia masih tergolong rendah yaitu hanya 3,7 ton/hektare/tahun, padahal potensinya dapat mencapai delapan ton/hektare/tahun.
Faktor utamanya adalah kondisi pohon kelapa sawit, khususnya milik rakyat yang sudah tua dan rusak. Selain itu juga penggunaan benih yang bagi sebagian para petani sawit belum memakai benih unggulan bersertifikat sehingga diperlukan peremajaan tanaman kelapa sawit seluas sekitar 2,4 juta hektare.
Presiden menargetkan agar kebun kelapa sawit rakyat juga dapat memproduksi hingga delapan ton/hektare/tahun. Biasanya petani sekarang yang pohonnya sudah 20-25 tahun hanya dua ton, sehingga nantinya setelah diremajaka meningkat empat kali lipat, Untuk itu, melalui program "replanting" pemerintah memberikan bantuan benih unggul kelapa sawit kepada petani, serta benih jagung untuk memberikan hasil sementara tanaman sawit masih dalam pertumbuhan dan belum berproduksi.
Selain itu juga, bantuan berupa sertifikat membuat masyarakat nyaman dalam berusaha peremajaan kelapa sawit di Sumsel dilakukan untuk lahan seluas 2.834 hektare untuk 1.308 kepala keluarga.
"Ini kita mulai di Sumatera Selatan lebih dulu. Bulan depan saya dorong masuk ke Sumatera Utara, bulan depannya lagi masuk ke Jambi lalu ke Riau," ujar Presiden.
Para petani pun diminta agar serius dalam mengikuti program peremajaan (replanting) tanaman sawit ini. Presiden Jokowi bahkan menyatakan setahun lagi atau awal 2019 akan mengecek kembali tanaman petani.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menjanjikan hasil peremajaan (replanting) perkebunan kelapa sawit di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan tidak akan telantar karena akan diserap oleh perusahaan sawit. Pemerintah telah memfasilitasi perjanjian bersama antara koperasi kelapa sawit setempat dengan puluhan perusahaan. Ada dua puluh enam perusahaan, siap membeli buah hasil penanaman ulang perkebunan sawit.
Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah petani menjual hasil tanam sawitnya. Perusahaan-perusahaan tersebut direncanakan juga untuk mengajarkan petani melakukan penanaman kelapa sawit dengan benar agar hasilnya dapat diperoleh sesuai target.
Tak hanya itu pemerintah juga akan memberikan modal sebesar Rp25 juta kepada petani yang menerima sertifikat lahan untuk replanting kebun sawit. Sementara, total modal yang dibutuhkan mencapai sekitar Rp50 juta-Rp60 juta.
Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR) Sofyan Jalil menegaskan, modal Rp25 juta tersebut dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP KS), sisanya pinjaman dari perbankan.
Sertifikat gratis Presiden Joko Widodo memerintahkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) agar kebun milik petani yang masuk dalam kawasan hutan dikeluarkan dari kawasan tersebut. Setelah itu, kebun harus segera diberi sertifikat secara gratis.
"(Perkebunan) yang masuk kawasan hutan sudah saya perintahkan untuk dikeluarkan dari kawasan hutan untuk nantinya diberikan sertifikat. Tapi ini khusus untuk kelapa sawit milik rakyat, yang sudah pegang sertifikat yang hadir di sini tolong diangkat biar kelihatan, nanti setelah ini akan lebih banyak lagi yang pegang sertifikat," kata Presiden.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono menyambut positif program replanting yang dilakukan pemerintah ini. Pihaknya juga menyambut baik adanya kemitraan antara perusahaan dengan petani.
Kemitraan petani dengan perusahaan, diperlukan karena nantinya tandan buah segar (TBS) yang dihasilkan dari kebun petani tersebut akan diserap pabrik milik perusahaan.
Menurut Joko Supriyono, perusahaan sebagai" off taker-nya" mempunyai laverage yang lengkap baik dari aspek modal maupun teknologi, sehingga perusahaan melalui kemitraan bisa membantu membangun kebun petani yang lebih baik, sehingga produktivitasnya bisa tinggi.
"Ini perlu diperluas untuk dikembangkan sehingga akan terjadi sinergi yang baik antara petani dengan perusahaan," kata Joko.
Bupati Musi Banyuasin, Sumatera Selatan Dodi Reza Alex, mengatakan peremajaan perkebunan kelapa sawit yang dilaksanakan di daerahnya akan menjadi percontohan nasional, karena daerahnya yang menerapkan peremajaan kelapa sawit yang pertama.
Peremajaan kelapa sawit tersebut merupakan perkebunan berkelanjutan karena pihaknya menerapkan perkebunan yang memperhatikan lingkungan sekitar, sehingga program itu diharapkan dapat menjadi diplomasi internasional.
Adanya peremajaan tersebut akan meningkatkan produksi tandan buah segar sekaligus CPO (Crude Palm Oil), lanjutnya oleh karena itu program tersebut harus didukung bersama termasuk masyarakat sekitar.
Dorong bibit unggul Direktur Pusat Penelitian Kelapa sawit (PPKS) Hasril Siregar menilai program peremajaan kelapa sawit yang dicanangkan pemerintah tersebut bisa mendorong penggunaan bibit sawit unggul.
Selama ini banyak petani menggunakan bibt sawit asalan akibatnya produktivitasnya rendah. Namun demikian, Hasril mengakui petani di wilayah Sumatera relatif lebih baik dalam menggunakan bibit sawit unggul, berbeda dengan petani di wilayah Kalimantan masih banyak yang menggunakan bibit sawit asalan.
Oleh karena itu, program replanting yang dibiayai BPDP sawit tersebut akan mendorong petani dalam menggunakan bibit sawit unggul yang diproduksi perusahaan pembibitan sawit yang mendapat sertifikat.
Program replanting otomatis juga menggairahkan perusahaan pembibitan sawit karena dengan adanya program ini pasar benih sawit kian besar. (Ben/An)
Program peremajaan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) tersebut telah lama dinanti-nantikan petani, karena mereka berharap dengan upaya itu produktivitas tanaman kembali meningkat yang muaranya menaikkan kesejahteraan mereka.
Sebagimana data yang dikeluarkan Kementerian Pertanian (Kementan), produktivitas kelapa sawit Indonesia masih tergolong rendah yaitu hanya 3,7 ton/hektare/tahun, padahal potensinya dapat mencapai delapan ton/hektare/tahun.
Faktor utamanya adalah kondisi pohon kelapa sawit, khususnya milik rakyat yang sudah tua dan rusak. Selain itu juga penggunaan benih yang bagi sebagian para petani sawit belum memakai benih unggulan bersertifikat sehingga diperlukan peremajaan tanaman kelapa sawit seluas sekitar 2,4 juta hektare.
Presiden menargetkan agar kebun kelapa sawit rakyat juga dapat memproduksi hingga delapan ton/hektare/tahun. Biasanya petani sekarang yang pohonnya sudah 20-25 tahun hanya dua ton, sehingga nantinya setelah diremajaka meningkat empat kali lipat, Untuk itu, melalui program "replanting" pemerintah memberikan bantuan benih unggul kelapa sawit kepada petani, serta benih jagung untuk memberikan hasil sementara tanaman sawit masih dalam pertumbuhan dan belum berproduksi.
Selain itu juga, bantuan berupa sertifikat membuat masyarakat nyaman dalam berusaha peremajaan kelapa sawit di Sumsel dilakukan untuk lahan seluas 2.834 hektare untuk 1.308 kepala keluarga.
"Ini kita mulai di Sumatera Selatan lebih dulu. Bulan depan saya dorong masuk ke Sumatera Utara, bulan depannya lagi masuk ke Jambi lalu ke Riau," ujar Presiden.
Para petani pun diminta agar serius dalam mengikuti program peremajaan (replanting) tanaman sawit ini. Presiden Jokowi bahkan menyatakan setahun lagi atau awal 2019 akan mengecek kembali tanaman petani.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menjanjikan hasil peremajaan (replanting) perkebunan kelapa sawit di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan tidak akan telantar karena akan diserap oleh perusahaan sawit. Pemerintah telah memfasilitasi perjanjian bersama antara koperasi kelapa sawit setempat dengan puluhan perusahaan. Ada dua puluh enam perusahaan, siap membeli buah hasil penanaman ulang perkebunan sawit.
Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah petani menjual hasil tanam sawitnya. Perusahaan-perusahaan tersebut direncanakan juga untuk mengajarkan petani melakukan penanaman kelapa sawit dengan benar agar hasilnya dapat diperoleh sesuai target.
Tak hanya itu pemerintah juga akan memberikan modal sebesar Rp25 juta kepada petani yang menerima sertifikat lahan untuk replanting kebun sawit. Sementara, total modal yang dibutuhkan mencapai sekitar Rp50 juta-Rp60 juta.
Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR) Sofyan Jalil menegaskan, modal Rp25 juta tersebut dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP KS), sisanya pinjaman dari perbankan.
Sertifikat gratis Presiden Joko Widodo memerintahkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) agar kebun milik petani yang masuk dalam kawasan hutan dikeluarkan dari kawasan tersebut. Setelah itu, kebun harus segera diberi sertifikat secara gratis.
"(Perkebunan) yang masuk kawasan hutan sudah saya perintahkan untuk dikeluarkan dari kawasan hutan untuk nantinya diberikan sertifikat. Tapi ini khusus untuk kelapa sawit milik rakyat, yang sudah pegang sertifikat yang hadir di sini tolong diangkat biar kelihatan, nanti setelah ini akan lebih banyak lagi yang pegang sertifikat," kata Presiden.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono menyambut positif program replanting yang dilakukan pemerintah ini. Pihaknya juga menyambut baik adanya kemitraan antara perusahaan dengan petani.
Kemitraan petani dengan perusahaan, diperlukan karena nantinya tandan buah segar (TBS) yang dihasilkan dari kebun petani tersebut akan diserap pabrik milik perusahaan.
Menurut Joko Supriyono, perusahaan sebagai" off taker-nya" mempunyai laverage yang lengkap baik dari aspek modal maupun teknologi, sehingga perusahaan melalui kemitraan bisa membantu membangun kebun petani yang lebih baik, sehingga produktivitasnya bisa tinggi.
"Ini perlu diperluas untuk dikembangkan sehingga akan terjadi sinergi yang baik antara petani dengan perusahaan," kata Joko.
Bupati Musi Banyuasin, Sumatera Selatan Dodi Reza Alex, mengatakan peremajaan perkebunan kelapa sawit yang dilaksanakan di daerahnya akan menjadi percontohan nasional, karena daerahnya yang menerapkan peremajaan kelapa sawit yang pertama.
Peremajaan kelapa sawit tersebut merupakan perkebunan berkelanjutan karena pihaknya menerapkan perkebunan yang memperhatikan lingkungan sekitar, sehingga program itu diharapkan dapat menjadi diplomasi internasional.
Adanya peremajaan tersebut akan meningkatkan produksi tandan buah segar sekaligus CPO (Crude Palm Oil), lanjutnya oleh karena itu program tersebut harus didukung bersama termasuk masyarakat sekitar.
Dorong bibit unggul Direktur Pusat Penelitian Kelapa sawit (PPKS) Hasril Siregar menilai program peremajaan kelapa sawit yang dicanangkan pemerintah tersebut bisa mendorong penggunaan bibit sawit unggul.
Selama ini banyak petani menggunakan bibt sawit asalan akibatnya produktivitasnya rendah. Namun demikian, Hasril mengakui petani di wilayah Sumatera relatif lebih baik dalam menggunakan bibit sawit unggul, berbeda dengan petani di wilayah Kalimantan masih banyak yang menggunakan bibit sawit asalan.
Oleh karena itu, program replanting yang dibiayai BPDP sawit tersebut akan mendorong petani dalam menggunakan bibit sawit unggul yang diproduksi perusahaan pembibitan sawit yang mendapat sertifikat.
Program replanting otomatis juga menggairahkan perusahaan pembibitan sawit karena dengan adanya program ini pasar benih sawit kian besar. (Ben/An)
Presiden @jokowi dan sejumlah menteri melakukan penanaman peremajaan kelapa sawit di Kab. Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. #CNNIDNewsroom pic.twitter.com/Rtr74xx9DL— CNN Indonesia Daily (@CNNIDdaily) October 13, 2017
Tags
Aktual