Jakarta, 1/10 (Benhil) - Keinginan Indonesia untuk suatu saat menjadi tuan rumah putaran final kejuaraan sepak bola sejagat, Piala Dunia FIFA, kini bukan hanya wacana ataupun impian dari segelintir kalangan.
Dengan adanya dukungan resmi dari Presiden Joko Widodo atas rencana Indonesia untuk mencalonkan diri menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034, berarti sudah ada pijakan dasar yang kuat bagi Indonesia untuk menyusun langkah-langkah strategis hingga 17 tahun ke depan dalam pencalonan atau pun penyelenggaraan ajang besar tersebut.
Dukungan Presiden atau pihak pemerintah Indonesia untuk rencana tersebut telah dituangkan dalam SK Mensesneg bernomor B-902/M.Sesneg/Set/HI.0100/09/2017 yang telah disampaikan kepada Federasi Sepak Bola ASEAN (AFF) pekan lalu, sebagai tindak lanjut komitmen dari Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan Asosiasi Sepak Bola Thailand (FAT) untuk menjadi tuan ruah bersama Piala Dunia 2034.
Setelah ada restu dari Presiden melalui SK Mensesneg, selanjutnya akan ada pembahasan terkait rencana strategis untuk mewujudkan rencana megaproyek tersebut.
Sekjen AFF Dato Sri Azzuddin saat pertemuan AFF di Bali, pekan lalu juga mengatakan bahwa pihaknya telah menerima surat rekomendasi dari pemerintahan Indonesia dan Thailand perihal rencana kedua negara untuk menjadi tuan rumah bersama Piala Dunia 2034.
"Kami di AFF juga mendukung rencana tersebut, dan selanjutnya akan ada pembahasan mengenai mekanisme pencalonannya," katanya.
Menggelar ajang setingkat Piala Dunia dapat dibilang sebagai suatu megaproyek yang dilakukan negara tuan rumah.
Piala Dunia sepak bola menyangkut soal kemampuan tuan rumah dalam berbagi aspek, mulai dari kemampuan finansial, sumber daya manusia, komitmen dukungan dari masyarakat dan pemerintahannya, manajemen penyelenggaraannya, hingga faktor-faktor pendukung lainnya, seperti ketersediaan stadion-stadion yang sesuai standar badan sepak bola dunia (FIFA).
Apalagi FIFA sudah merencanakan mulai 2026 jumlah peserta putaran final Piala Dunia akan bertambah dari 32 tim menjadi 48 tim, sehingga hal tersebut juga menyangkut penambahan sarana dan prasarasana yang diperlukan oleh tuan rumah.
Namun banyak juga manfaat yang bisa dipetik bagi tuan rumah, seperti jika sukses menggelar ajang itu seperti dalam hal keuntungan finansial, promosi pariwisata, kesempatan untuk memacu pembangunan infrastuktur yang dapat dimanfaatkan setelah Piala Dunia, peningkatan prestasi tim sepak bola nasional, hingga pencitraan sebagai bangsa.
Oleh sebab itu harus ada ukuran yang realistisi dalam menggelar ajang setingkat Piala Dunia, dimana seluruh dunia nantinya akan menyorot kualitas penyelenggaraan yang dilakukan negara tuan rumah.
Bergabung dengan negara lain sebagai tuan rumah bersama mungkin sebagai hal yang realistis untuk meng"gol"kan rencana tersebut agar dapat meraih sukses, baik saat proses pencalonan maupun pada saat pelaksanaannya jika nantinya terpilih.
Piala Dunia 2034 masih lama, dan proses "bidding" nya pun masih sekitar tahua 2026 atau sembilan tahun lagi.
Optimisme Namun menurut Wakil Ketua Umum PSSI Joko Driyono, ada hal positif dengan komitmen Indonesia untuk menggelar Piala Dunia 2034, yakni optimisme bahwa Indonesia akan lebih maju pada 17 tahun ke depan sehingga mampu menggelar ajang besar tersebut.
"Kalau tidak optimistis tidak mungkin kami mengajukan diri. Kami punya keyakinan Indonesia akan bertumbuh menjadi lebih baik 17 tahun dari sekarang," ujar Joko Driyono.
Yang terpenting, kata dia, dari semua perihal pencalonan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034 ini adalah Indonesia jangan sampai kehilangan kesempatan. Kita harus bisa membayangkan Indonesia ini akan maju dalam waktu 17 tahun dari sekarang. PSSI sudah menyediakan kesempatan dan saatnya kita semua bekerja sama untuk mewujudkannya, ujar Joko Driyono yang juga Wakil Presiden AFF itu.
Ada dua hal penting yang menjadi fokus menuju tuan rumah Piala Dunia 2034, yaitu aspek daya saing tim nasional dan soal siapnya kondisi-kondisi pendukung seperti infrastruktur, sumber daya manusia, keimigrasian, perpajakan, bea cukai dan sebagainya.
Stadion-stadion baru harus dibangun, termasuk infrastruktur pendukungnya, seperti sarana transportasi.
Pihak Thailand sendiri juga menyatakan siap untuk bersama Indonesia menuju pencalonan tuan rumah putaran final Piala Dunia FIFA 2034 Seperti dikemukakan Ketua Asosiasi Sepak Bola Thailand (FAT) Somyot Poompunmuang, pihaknya juga harus melakukan pembenahan dan pembangunan infrastruktur baru.
Soal stadion, ia mengakui justru Thailand saat ini kalah dari Indonesia dalam hal jumlah stadion bertaraf internasional.
Namun dia yakin ketika pencalonan bersama resmi dilakukan, pihaknya akan dapat dukungan dana dari pemerintahnya untuk membangun stadion-stadion baru sesuai standar FIFA.
Dalam pencalonanan bersama untuk tuan rumah Piala Dunia, kesiapan Thailand dan Indonesia menjadi faktor penting untuk memberi keyakinan bagi badan olahraga sepak bola dunia (FIFA) bahwa kedua negara di Asia Tenggara itu memang layak dipilih.
Dengan dukungan dari pemerintah masing-masing, dan langkah-langkah strategis lainnya, menjadi tuan rumah Piala Dunia bukan lagi sebuah impian, namun hal yang realistis dapat terlaksana. (Ben/An)
Dengan adanya dukungan resmi dari Presiden Joko Widodo atas rencana Indonesia untuk mencalonkan diri menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034, berarti sudah ada pijakan dasar yang kuat bagi Indonesia untuk menyusun langkah-langkah strategis hingga 17 tahun ke depan dalam pencalonan atau pun penyelenggaraan ajang besar tersebut.
Dukungan Presiden atau pihak pemerintah Indonesia untuk rencana tersebut telah dituangkan dalam SK Mensesneg bernomor B-902/M.Sesneg/Set/HI.0100/09/2017 yang telah disampaikan kepada Federasi Sepak Bola ASEAN (AFF) pekan lalu, sebagai tindak lanjut komitmen dari Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan Asosiasi Sepak Bola Thailand (FAT) untuk menjadi tuan ruah bersama Piala Dunia 2034.
Setelah ada restu dari Presiden melalui SK Mensesneg, selanjutnya akan ada pembahasan terkait rencana strategis untuk mewujudkan rencana megaproyek tersebut.
Sekjen AFF Dato Sri Azzuddin saat pertemuan AFF di Bali, pekan lalu juga mengatakan bahwa pihaknya telah menerima surat rekomendasi dari pemerintahan Indonesia dan Thailand perihal rencana kedua negara untuk menjadi tuan rumah bersama Piala Dunia 2034.
"Kami di AFF juga mendukung rencana tersebut, dan selanjutnya akan ada pembahasan mengenai mekanisme pencalonannya," katanya.
Menggelar ajang setingkat Piala Dunia dapat dibilang sebagai suatu megaproyek yang dilakukan negara tuan rumah.
Piala Dunia sepak bola menyangkut soal kemampuan tuan rumah dalam berbagi aspek, mulai dari kemampuan finansial, sumber daya manusia, komitmen dukungan dari masyarakat dan pemerintahannya, manajemen penyelenggaraannya, hingga faktor-faktor pendukung lainnya, seperti ketersediaan stadion-stadion yang sesuai standar badan sepak bola dunia (FIFA).
Apalagi FIFA sudah merencanakan mulai 2026 jumlah peserta putaran final Piala Dunia akan bertambah dari 32 tim menjadi 48 tim, sehingga hal tersebut juga menyangkut penambahan sarana dan prasarasana yang diperlukan oleh tuan rumah.
Namun banyak juga manfaat yang bisa dipetik bagi tuan rumah, seperti jika sukses menggelar ajang itu seperti dalam hal keuntungan finansial, promosi pariwisata, kesempatan untuk memacu pembangunan infrastuktur yang dapat dimanfaatkan setelah Piala Dunia, peningkatan prestasi tim sepak bola nasional, hingga pencitraan sebagai bangsa.
Oleh sebab itu harus ada ukuran yang realistisi dalam menggelar ajang setingkat Piala Dunia, dimana seluruh dunia nantinya akan menyorot kualitas penyelenggaraan yang dilakukan negara tuan rumah.
Bergabung dengan negara lain sebagai tuan rumah bersama mungkin sebagai hal yang realistis untuk meng"gol"kan rencana tersebut agar dapat meraih sukses, baik saat proses pencalonan maupun pada saat pelaksanaannya jika nantinya terpilih.
Piala Dunia 2034 masih lama, dan proses "bidding" nya pun masih sekitar tahua 2026 atau sembilan tahun lagi.
Optimisme Namun menurut Wakil Ketua Umum PSSI Joko Driyono, ada hal positif dengan komitmen Indonesia untuk menggelar Piala Dunia 2034, yakni optimisme bahwa Indonesia akan lebih maju pada 17 tahun ke depan sehingga mampu menggelar ajang besar tersebut.
"Kalau tidak optimistis tidak mungkin kami mengajukan diri. Kami punya keyakinan Indonesia akan bertumbuh menjadi lebih baik 17 tahun dari sekarang," ujar Joko Driyono.
Yang terpenting, kata dia, dari semua perihal pencalonan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034 ini adalah Indonesia jangan sampai kehilangan kesempatan. Kita harus bisa membayangkan Indonesia ini akan maju dalam waktu 17 tahun dari sekarang. PSSI sudah menyediakan kesempatan dan saatnya kita semua bekerja sama untuk mewujudkannya, ujar Joko Driyono yang juga Wakil Presiden AFF itu.
Ada dua hal penting yang menjadi fokus menuju tuan rumah Piala Dunia 2034, yaitu aspek daya saing tim nasional dan soal siapnya kondisi-kondisi pendukung seperti infrastruktur, sumber daya manusia, keimigrasian, perpajakan, bea cukai dan sebagainya.
Stadion-stadion baru harus dibangun, termasuk infrastruktur pendukungnya, seperti sarana transportasi.
Pihak Thailand sendiri juga menyatakan siap untuk bersama Indonesia menuju pencalonan tuan rumah putaran final Piala Dunia FIFA 2034 Seperti dikemukakan Ketua Asosiasi Sepak Bola Thailand (FAT) Somyot Poompunmuang, pihaknya juga harus melakukan pembenahan dan pembangunan infrastruktur baru.
Soal stadion, ia mengakui justru Thailand saat ini kalah dari Indonesia dalam hal jumlah stadion bertaraf internasional.
Namun dia yakin ketika pencalonan bersama resmi dilakukan, pihaknya akan dapat dukungan dana dari pemerintahnya untuk membangun stadion-stadion baru sesuai standar FIFA.
Dalam pencalonanan bersama untuk tuan rumah Piala Dunia, kesiapan Thailand dan Indonesia menjadi faktor penting untuk memberi keyakinan bagi badan olahraga sepak bola dunia (FIFA) bahwa kedua negara di Asia Tenggara itu memang layak dipilih.
Dengan dukungan dari pemerintah masing-masing, dan langkah-langkah strategis lainnya, menjadi tuan rumah Piala Dunia bukan lagi sebuah impian, namun hal yang realistis dapat terlaksana. (Ben/An)
Tags
Olahraga