Bandung, 4/10 (Benhil) - Seorang warga Kota Bandung, Jawa Barat, Raka Shidiq menciptakan gitar akustik yang digadang-gandang sebagai tertipis di dunia dengan ukuran delapan milimeter.
Gitar asal Rumah Produksi Anymos Essential Guitar ini memiliki keistimewaan untuk menghasilkan ciri khas suara akustik yang sebelumnya hanya mungkin dihasilkan oleh desain gitar akustik tradisional.
"Saya membuat ini sebagai inovasi atau revolusi gitar. Karena banyak musisi yang seolah gengsi menggunakan gitar produksi lokal saat manggung," ujar Raka saat ditemui di kantornya, Jalan Sukasenang, Cibeunying Kidul, Kota Bandung, Rabu.
Raka menjelaskan, awal mula produksi gitar tipis tersebut saat dirinya sudah mulai jenuh dengan pembuatan gitar yang tidak mengalami perubahan bentuk. Apalagi sebagai rumah produksi, gitar konvensional sulit bersaing dengan gitar-gitar buatan luar negeri.
Dalam benaknya, perlu ada inovasi baru agar gitar yang dibuatnya dapat bersaing di pasaran terutama sebagai pesaing gitar-gitar buatan luar negeri. Hingga pada tahun 2015 setelah melalui berbagai penelitian, lahirlah gitar tipis yang dapat digunakan sebagai akustik maupun elektrik.
"Meski tidak ada ruang resonansi, tapi dengan menggunakan sistem micro-chamber. Walaupun tipis ketika dimainkan, resonansi tetap ada, getarannya ada. Beda sama produk sejenis atau gitar elektrik," kata dia.
Sistem micro-chamber membuat suara yang lebih panjang berkat konstruksi neck-through, dikombinasikan dengan sistem under-saddle piezo untuk performa suara terbaik tanpa noise. Dengan desain ini, suara alat music yang dihasilkan tidak memiliki resonansi berlebih yang sering menjadi penyebab feedback.
Meski belum diluncurkan, gitar tipis ini sempat diperkenalkan dalam ajang pameran di tiga negara berbeda. Pameran-pameran tersebut seperti Business of Desain Week 2016 di Hongkong, South-by-SouthWest (SXSW 2017) Austin USA, Salone Del Mobile Milano 2017.
Bahkan gitar ini mendapat predikat The Most Marketable Product di Business of Design Week 2016 di Hongkong serta mendapat respon baik dalam dua pameran lainnya.
"Responnya bagus. Ini masuk ke dalam best produk yang diminati pengunjung di tiga pameran tersebut," katanya.
Ia juga menjelaskan, untuk sisi bahan, 80 persennya berasal dari kayu lokal jenis mahoni dan sisanya hanya asesoris pendukung yang hanya bisa didapatkan dari luar negeri.
"Sebenarnya kayu-kayu lokal itu banyak berkualitas. Tapi karena mindset kita itu gitar luar itu bagus, jadi milih gitar luar karena kayunya bagus. Padahal, di sana hanya ada kayu itu saja. Kalau di Indonesia beragam kayu yang bagus," kata dia.
Salah satu musisi asal Kota Kembang, Ferry Curtis yang mencoba gitar tersebut mengaku gitar tertipis ini memiliki keunggulan terutama bagi musisi traveling yang membutuhkan portabilitas tinggi.
Selain itu, dengan teknologi mikro-chamber yang tertanam di dalamnya, membuat tidak memiliki resonansi lebih yang menjadi yang sering dikeluhkan para musisi.
"Selain ringan, tidak ada resonansi lebih. Itu yang selalu menjadi masalah bagi para musisi yang menggunakan gitar akustik," katanya. (Ben/An)
Gitar asal Rumah Produksi Anymos Essential Guitar ini memiliki keistimewaan untuk menghasilkan ciri khas suara akustik yang sebelumnya hanya mungkin dihasilkan oleh desain gitar akustik tradisional.
"Saya membuat ini sebagai inovasi atau revolusi gitar. Karena banyak musisi yang seolah gengsi menggunakan gitar produksi lokal saat manggung," ujar Raka saat ditemui di kantornya, Jalan Sukasenang, Cibeunying Kidul, Kota Bandung, Rabu.
Raka menjelaskan, awal mula produksi gitar tipis tersebut saat dirinya sudah mulai jenuh dengan pembuatan gitar yang tidak mengalami perubahan bentuk. Apalagi sebagai rumah produksi, gitar konvensional sulit bersaing dengan gitar-gitar buatan luar negeri.
Dalam benaknya, perlu ada inovasi baru agar gitar yang dibuatnya dapat bersaing di pasaran terutama sebagai pesaing gitar-gitar buatan luar negeri. Hingga pada tahun 2015 setelah melalui berbagai penelitian, lahirlah gitar tipis yang dapat digunakan sebagai akustik maupun elektrik.
"Meski tidak ada ruang resonansi, tapi dengan menggunakan sistem micro-chamber. Walaupun tipis ketika dimainkan, resonansi tetap ada, getarannya ada. Beda sama produk sejenis atau gitar elektrik," kata dia.
Sistem micro-chamber membuat suara yang lebih panjang berkat konstruksi neck-through, dikombinasikan dengan sistem under-saddle piezo untuk performa suara terbaik tanpa noise. Dengan desain ini, suara alat music yang dihasilkan tidak memiliki resonansi berlebih yang sering menjadi penyebab feedback.
Meski belum diluncurkan, gitar tipis ini sempat diperkenalkan dalam ajang pameran di tiga negara berbeda. Pameran-pameran tersebut seperti Business of Desain Week 2016 di Hongkong, South-by-SouthWest (SXSW 2017) Austin USA, Salone Del Mobile Milano 2017.
Bahkan gitar ini mendapat predikat The Most Marketable Product di Business of Design Week 2016 di Hongkong serta mendapat respon baik dalam dua pameran lainnya.
"Responnya bagus. Ini masuk ke dalam best produk yang diminati pengunjung di tiga pameran tersebut," katanya.
Ia juga menjelaskan, untuk sisi bahan, 80 persennya berasal dari kayu lokal jenis mahoni dan sisanya hanya asesoris pendukung yang hanya bisa didapatkan dari luar negeri.
"Sebenarnya kayu-kayu lokal itu banyak berkualitas. Tapi karena mindset kita itu gitar luar itu bagus, jadi milih gitar luar karena kayunya bagus. Padahal, di sana hanya ada kayu itu saja. Kalau di Indonesia beragam kayu yang bagus," kata dia.
Salah satu musisi asal Kota Kembang, Ferry Curtis yang mencoba gitar tersebut mengaku gitar tertipis ini memiliki keunggulan terutama bagi musisi traveling yang membutuhkan portabilitas tinggi.
Selain itu, dengan teknologi mikro-chamber yang tertanam di dalamnya, membuat tidak memiliki resonansi lebih yang menjadi yang sering dikeluhkan para musisi.
"Selain ringan, tidak ada resonansi lebih. Itu yang selalu menjadi masalah bagi para musisi yang menggunakan gitar akustik," katanya. (Ben/An)
Asep Firmansyah
Tags
Music