Padang, 14/10 (Benhil) - Apakah anda selama ini termasuk orang yang jika berbelanja barang dengan teman sendiri minta diskon?. Jika ya ketahuilah kebiasaan tersebut kurang baik karena secara tidak langsung telah menghambat kemajuan usaha sahabat sendiri.
Sudah lazim di masyarakat jika berbelanja barang atau jasa kepada teman sendiri pasti akan memanfaatkan kebaikan teman alias aji mumpung dengan minta harga dikurangi atas dalih persahabatan.
Dalam kondisi ini pemilik usaha berada dalam posisi dilema apakah harus mengambil keuntungan atau menjual dengan harga modal saja dengan alasan tidak elok mengambil keuntungan dari teman sendiri.
Tahukah kita jika kebiasaan tersebut terus menerus terjadi, pedagang tidak akan mendapatkan apa-apa dari usaha yang digelutinya dan rasanya tidak ada di dunia ini orang berusaha untuk mencari rugi.
Akhirnya alih-alih usaha akan berkembang, yang terjadi adalah gulung tikar karena setiap orang yang mau berbelanja minta diskon sehingga modal pemilik usaha lama-lama tergerus.
Beranjak dari fenomena tersebut Komunitas Tangan di Atas (TDA) Cabang Padang selaku komunitas wirausaha yang memiliki 61 cabang di Tanah Air ingin mendobrak cara pandang yang dinilai kurang tepat saat berbelanja dengan teman sendiri.
Tepat 9 September 2017 Komunitas TDA Padang meluncurkan Program "Bali Galeh Kawan" atau membeli dagangan teman sendiri yang dihadiri Wali Kota Padang Mahyeldi.
Pengurus TDA Wilayah Sumbar Sumut Tomi Iskandar Syarif menjelaskan program "Bali Galeh Kawan" merupakan upaya yang dilakukan untuk memperkuat bisnis dengan cara saling berbelanja kebutuhan kepada sesama anggota komunitas.
Ia menceritakan program "Bali Galeh Kawan" pada awalnya digagas 2011, namun dalam lingkungan yang terbatas.
Waktu itu, kata dia, mererka punya kebiasaan kalau berbelanja itu ke sesama teman. Kalau pun barangnya tidak ada maka carinya kepada teman dari teman.
Kemudian pada 2017 gerakan ini kembali diluncurkan agar lebih masif dan terstruktur apalagi anggota TDA anggotanya sudah mulai banyak.
Menurutnya tujuan program "Bali Galeh Kawan" agar usaha-usaha skala lokal yang ada di Padang bisa jadi tuan rumah di negeri sendiri.
"Kalau bisa dipasarkan ke tingkat nasional hingga skala ekspor, tentu harus dimulai dulu dari tingkat lokal," katanya.
Ia melihat selama ini usaha-usaha lokal cenderung jalan di tempat dan pada sisi lain merek-merek besar dan ternama dari luar dengan mudah masuk menyerbu ke Sumatera Barat. Akibatnya usaha lokal sulit bergerak di daerah sendiri.
Ia mengakui kelemahan usaha lokal sulit maju berdasarkan pemetaan yang dilakukan TDA adalah terbatasnya omzet akibat lemahnya kompetensi dan pengembangan jaringan.
Dengan gerakan "Bali Galeh Kawan" bisa membantu omzet teman-teman mereka sehingga usaha yang dimiliki menjadi lebih kuat.
Menurutnya ketika omzet meningkat maka pemilik usaha dapat meningkatkan kompetensi dan manajemen usahanya yang berujung pada peningkatan kualitas barang. Kalau barang yang dimiliki bagus, tidak perlu pakai gerakan pun orang akan mencari, lanjut dia.
Ternyata gerakan "Bali Galeh Kawan" mendapat sambutan positif dari banyak pihak karena memang selama ini yang menjadi persoalan usaha yang mengemuka memang minimnya omset.
Apalagi, kata dia, ekonomi Sumbar paling besar ditopang oleh usaha mikro kecil dan menengah.
Setelagh resmi diluncurkan Komunitas TDA pun mulai bergerak dengan menyerukan ajakan "Bali Galeh Kawan" kepada kelompok-kelompok bisnis dan komunitas wirausaha.
Untuk menunjang itu pihaknya juga menggelar pertemuan dengan sejumlah perusahan, pemerintahan, hingga ke kampus agar gerakan ini didukung, tapi bukan sebatas lisan, melainkan tindakan nyata agar berbelanja kebutuhan kepada teman sendiri.
Ia menekankan dalam praktiknya program "Bali Galeh Kawan" tidak melalui calo melainkan langsung berhubungan dengan pemilik usaha.
Tomi memberi contoh saat ini sedang pesat pembangunan hotel di kota Padang yang tentu membutuhkan berbagai peralatan kamar, seperti sprei dan lainnya.
Namun yang terjadi masih banyak pengelola hotel yang membeli kebutuhan itu di Jakarta, padahal di Padang bisa disediakan.
Termasuk juga dalam pembangunan infrastruktur yang ada. Alangkah baiknya diutamakan dulu produk lokal.
Melawan stigma salah satu perjuangan berat yang harus ditempuh dalam menyukseskan Program "Bali Galeh Kawan" adalah melawan stigma atau nilai yang berkembang kalau berbelanja kepada teman bisa minta diskon dan lebih murah dibanding harga pasar.
Ini sudah jadi kebiasaan, bahkan kalau ada teman membuka usaha dan meluncurkan restoran biasanya kan kita diundang makan-makan, dan kalau parfum akan dibagi-bagi.
Ia menilai seharusnya mengapresiasi teman membuka usaha bukan dengan meramaikan peluncuran melainkan membelinya dengan harga yang normal, bukan diskon.
Para aktivitas TDA sudah sepakat melakukan itu, mungkin produknya tidak terlalu butuh, tapi sebagai bentuk apresiasi membantu promosi atau marketing bersama.
Kemudian ia juga mengedukasi Komunitas TDA bahwa ketika membeli kepada teman sendiri bukan berarti mengabaikan kualitas produk.
Kuncinya, pastikan orang berbelanja kepada kita karena barangnya bagus dan harganya sesuai.
Ia menyampaikan kunci kesuksesan program "Bali Galeh Kawan" adalah kepercayaan ketika seseorang berbelanja harganya fair dan kualitas barangnya juga baik.
Jika kepercayaan sudah terbentuk maka pandangan membeli dagangan teman karena murah perlahan-lahan akan sirna.
Ia menyebutkan saat ini ada sekitar dua ribu orang yang tergabung dalam TDA Padang dan menargetkan dalam setahun ke depan 10 ribu usaha terlibat dalam program ini.
Sebenarnya 10 ribu usaha itu masih kecil karena saat ini saja di Padang ada 80 ribu UMKM, katanya.
Komunitas TDA Padang juga menargetkan dalam setahun hingga dua tahun ke depan ada usaha lokal yang bisa menembus pasar nasional hingga ke luar negeri.
Setidaknya kalau tidak bisa ekspor, paling kurang menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Sementara Ketua TDA Padang 5.0 Antoni Saputra mengatakan selain meningkatkan kapasitas usaha, program ini juga untuk membentuk pasar khusus serta imunitas usaha.
Ia menceritakan di TDA skala usaha yang dimiliki anggotanya dibagi atas fase akan dan mulai berbisnis, pertumbuhan mikro dan kecil, fase kecil dan menengah dan fase besar.
Untuk meningkatkan skala usaha dilaksanakan sejumlah kegiatan, mulai dari pertemuan rutin, TDA ghatering hingga TDA forum, mentoring bisnis untuk memotivasi dan pendampingan bisnis.
Ia berharap dengan kehadiran program "Bali Galeh Kawan" secara perlahan dapat engubah paradigma bahwa cara terbaik mengapresiasi usaha teman adalah berbelanja dengan harga yang wajar sehingga skala usaha dapat tumbuh yang pada akhirnya akan menggerakan ekonomi lokal. (Ben/An)
Sudah lazim di masyarakat jika berbelanja barang atau jasa kepada teman sendiri pasti akan memanfaatkan kebaikan teman alias aji mumpung dengan minta harga dikurangi atas dalih persahabatan.
Dalam kondisi ini pemilik usaha berada dalam posisi dilema apakah harus mengambil keuntungan atau menjual dengan harga modal saja dengan alasan tidak elok mengambil keuntungan dari teman sendiri.
Tahukah kita jika kebiasaan tersebut terus menerus terjadi, pedagang tidak akan mendapatkan apa-apa dari usaha yang digelutinya dan rasanya tidak ada di dunia ini orang berusaha untuk mencari rugi.
Akhirnya alih-alih usaha akan berkembang, yang terjadi adalah gulung tikar karena setiap orang yang mau berbelanja minta diskon sehingga modal pemilik usaha lama-lama tergerus.
Beranjak dari fenomena tersebut Komunitas Tangan di Atas (TDA) Cabang Padang selaku komunitas wirausaha yang memiliki 61 cabang di Tanah Air ingin mendobrak cara pandang yang dinilai kurang tepat saat berbelanja dengan teman sendiri.
Tepat 9 September 2017 Komunitas TDA Padang meluncurkan Program "Bali Galeh Kawan" atau membeli dagangan teman sendiri yang dihadiri Wali Kota Padang Mahyeldi.
Pengurus TDA Wilayah Sumbar Sumut Tomi Iskandar Syarif menjelaskan program "Bali Galeh Kawan" merupakan upaya yang dilakukan untuk memperkuat bisnis dengan cara saling berbelanja kebutuhan kepada sesama anggota komunitas.
Ia menceritakan program "Bali Galeh Kawan" pada awalnya digagas 2011, namun dalam lingkungan yang terbatas.
Waktu itu, kata dia, mererka punya kebiasaan kalau berbelanja itu ke sesama teman. Kalau pun barangnya tidak ada maka carinya kepada teman dari teman.
Kemudian pada 2017 gerakan ini kembali diluncurkan agar lebih masif dan terstruktur apalagi anggota TDA anggotanya sudah mulai banyak.
Menurutnya tujuan program "Bali Galeh Kawan" agar usaha-usaha skala lokal yang ada di Padang bisa jadi tuan rumah di negeri sendiri.
"Kalau bisa dipasarkan ke tingkat nasional hingga skala ekspor, tentu harus dimulai dulu dari tingkat lokal," katanya.
Ia melihat selama ini usaha-usaha lokal cenderung jalan di tempat dan pada sisi lain merek-merek besar dan ternama dari luar dengan mudah masuk menyerbu ke Sumatera Barat. Akibatnya usaha lokal sulit bergerak di daerah sendiri.
Ia mengakui kelemahan usaha lokal sulit maju berdasarkan pemetaan yang dilakukan TDA adalah terbatasnya omzet akibat lemahnya kompetensi dan pengembangan jaringan.
Dengan gerakan "Bali Galeh Kawan" bisa membantu omzet teman-teman mereka sehingga usaha yang dimiliki menjadi lebih kuat.
Menurutnya ketika omzet meningkat maka pemilik usaha dapat meningkatkan kompetensi dan manajemen usahanya yang berujung pada peningkatan kualitas barang. Kalau barang yang dimiliki bagus, tidak perlu pakai gerakan pun orang akan mencari, lanjut dia.
Ternyata gerakan "Bali Galeh Kawan" mendapat sambutan positif dari banyak pihak karena memang selama ini yang menjadi persoalan usaha yang mengemuka memang minimnya omset.
Apalagi, kata dia, ekonomi Sumbar paling besar ditopang oleh usaha mikro kecil dan menengah.
Setelagh resmi diluncurkan Komunitas TDA pun mulai bergerak dengan menyerukan ajakan "Bali Galeh Kawan" kepada kelompok-kelompok bisnis dan komunitas wirausaha.
Untuk menunjang itu pihaknya juga menggelar pertemuan dengan sejumlah perusahan, pemerintahan, hingga ke kampus agar gerakan ini didukung, tapi bukan sebatas lisan, melainkan tindakan nyata agar berbelanja kebutuhan kepada teman sendiri.
Ia menekankan dalam praktiknya program "Bali Galeh Kawan" tidak melalui calo melainkan langsung berhubungan dengan pemilik usaha.
Tomi memberi contoh saat ini sedang pesat pembangunan hotel di kota Padang yang tentu membutuhkan berbagai peralatan kamar, seperti sprei dan lainnya.
Namun yang terjadi masih banyak pengelola hotel yang membeli kebutuhan itu di Jakarta, padahal di Padang bisa disediakan.
Termasuk juga dalam pembangunan infrastruktur yang ada. Alangkah baiknya diutamakan dulu produk lokal.
Melawan stigma salah satu perjuangan berat yang harus ditempuh dalam menyukseskan Program "Bali Galeh Kawan" adalah melawan stigma atau nilai yang berkembang kalau berbelanja kepada teman bisa minta diskon dan lebih murah dibanding harga pasar.
Ini sudah jadi kebiasaan, bahkan kalau ada teman membuka usaha dan meluncurkan restoran biasanya kan kita diundang makan-makan, dan kalau parfum akan dibagi-bagi.
Ia menilai seharusnya mengapresiasi teman membuka usaha bukan dengan meramaikan peluncuran melainkan membelinya dengan harga yang normal, bukan diskon.
Para aktivitas TDA sudah sepakat melakukan itu, mungkin produknya tidak terlalu butuh, tapi sebagai bentuk apresiasi membantu promosi atau marketing bersama.
Kemudian ia juga mengedukasi Komunitas TDA bahwa ketika membeli kepada teman sendiri bukan berarti mengabaikan kualitas produk.
Kuncinya, pastikan orang berbelanja kepada kita karena barangnya bagus dan harganya sesuai.
Ia menyampaikan kunci kesuksesan program "Bali Galeh Kawan" adalah kepercayaan ketika seseorang berbelanja harganya fair dan kualitas barangnya juga baik.
Jika kepercayaan sudah terbentuk maka pandangan membeli dagangan teman karena murah perlahan-lahan akan sirna.
Ia menyebutkan saat ini ada sekitar dua ribu orang yang tergabung dalam TDA Padang dan menargetkan dalam setahun ke depan 10 ribu usaha terlibat dalam program ini.
Sebenarnya 10 ribu usaha itu masih kecil karena saat ini saja di Padang ada 80 ribu UMKM, katanya.
Komunitas TDA Padang juga menargetkan dalam setahun hingga dua tahun ke depan ada usaha lokal yang bisa menembus pasar nasional hingga ke luar negeri.
Setidaknya kalau tidak bisa ekspor, paling kurang menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Sementara Ketua TDA Padang 5.0 Antoni Saputra mengatakan selain meningkatkan kapasitas usaha, program ini juga untuk membentuk pasar khusus serta imunitas usaha.
Ia menceritakan di TDA skala usaha yang dimiliki anggotanya dibagi atas fase akan dan mulai berbisnis, pertumbuhan mikro dan kecil, fase kecil dan menengah dan fase besar.
Untuk meningkatkan skala usaha dilaksanakan sejumlah kegiatan, mulai dari pertemuan rutin, TDA ghatering hingga TDA forum, mentoring bisnis untuk memotivasi dan pendampingan bisnis.
Ia berharap dengan kehadiran program "Bali Galeh Kawan" secara perlahan dapat engubah paradigma bahwa cara terbaik mengapresiasi usaha teman adalah berbelanja dengan harga yang wajar sehingga skala usaha dapat tumbuh yang pada akhirnya akan menggerakan ekonomi lokal. (Ben/An)
Ikhwan Wahyudi
Tags
Bisnis