Gianyar, 2/9 (Benhil) - Sebanyak 528 layangan dilombakan dalam Festival Belega Layang-Layang Club (BALAC) yang berlangsung di Pantai Masceti, Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Sabtu.
Ratusan layang-layang tersebut melibatkan tiga kelompok, yakni remaja dengan jenis layangan Bebean dan Pecukan dengan ukuran lebar maksimal 320 centimeter menyuguhkan 248 layangan dan kategori anak-anak menaikkan layangan kreasi bebas untuk SD dan SMP 12 peserta.
Selain itu kategori dewasa memperlombakan layangan bebean, pecukan, janggan dan layangan kreasi, dengan ukuran lebar maksimal 4.500 cm menyuguhkan 268 layangan.
Ketua panitia kegiatan tersebut, I Komang Elen Juniadi melaporkan BALAC menjadi wadah silaturahim diantara penggemar layangan dan masyarakat umum.
Upaya itu dinilai sangat penting dalam memelihara dan mempertahankan budaya gotong-royong sangat banyak tantangannya. Untuk itu melalui festival layang-layang diharapkan mampu kelestarian budaya tradisional Bali.
"Lewat kegiatan lomba layang-layang kami ingin belajar arti budaya, dipadukan sportivitas dalam persaingan," kata I Komang Elen.
Lomba layang-layang kali ini mengusung tema "Karma Tanpa Pale Aku Palania" yang berarti "berbuat ketulusan tanpa berharap imbalan karena ketulusan tanpa berharap hasil merupakan ketulusan abadi".
Persiapan yang dilakukan selama tiga bulan terakhir berkat dukungan dari semua pihak. Sasarannya adalah kegiatan sosial, tanpa niat untuk menargetkan keuntungan.
"Seluruh hasil dari lomba ini kami upayakan untuk 'punia' dalam merenovasi Pura Prajapati di Desa Belega," ujar I Komang Elen.
Tim juri yang melakukan penilaian terhadap ratusan peserta layangan ini menyangkut kerapian, elog, guangan dan keharmonisan.
Diskualifikasi berlaku jika ukuran layangan melebihi kapasitas yang sudah diputuskan. Penilaian tidak dilakukan pada saat dinaikkan dan diturunkan saja, tetapi juga dinilai oleh juri pengintai yang berada di jalan raya.
"Untuk memastikan agar peserta bersama menjaga ketertiban lalu lintas," ujar I Komang Elen.
Wakil Bupati Gianyar Made Mahayastra yang membuka kegiatan tersebut mengatakan sangat salut atas semangat komunitas BALAC dalam menggelar festival layang-layang.
Festival budaya ini sangat penting nilainya dalam upaya menjaga citra pariwisata budaya dan layangan warisan tradisi Bali telah menjadi atraksi wisata yang sangat menarik.
Wabup Made Mahayastra menjanjikan bantuan penuh agar kegiatan lomba layang-layang tersebut dapat berlangsung lebih meriah tahun depan.
"Tahun depan, saya akan gelontorkan Rp. 100 juta untuk lomba ini," katanya diiringi tepuk tangan meriah dari peserta.
Ia mengharapkan lomba layang-layang tersebut dapat dikemas dengan melibatkan komponen pariwisata, bila perlu, Dinas Pariwisata Gianyar melakukan promosi ke hotel-hotel dan akomodasi pariwisata lainnya.
Dengan demikian kegiatan tersebut dapat sebagai sarana promosi pariwisata Bali yang mampu menarik perhatian wisatawan mancanegara maupun nusantara. (Ben/An)
Ratusan layang-layang tersebut melibatkan tiga kelompok, yakni remaja dengan jenis layangan Bebean dan Pecukan dengan ukuran lebar maksimal 320 centimeter menyuguhkan 248 layangan dan kategori anak-anak menaikkan layangan kreasi bebas untuk SD dan SMP 12 peserta.
Selain itu kategori dewasa memperlombakan layangan bebean, pecukan, janggan dan layangan kreasi, dengan ukuran lebar maksimal 4.500 cm menyuguhkan 268 layangan.
Ketua panitia kegiatan tersebut, I Komang Elen Juniadi melaporkan BALAC menjadi wadah silaturahim diantara penggemar layangan dan masyarakat umum.
Upaya itu dinilai sangat penting dalam memelihara dan mempertahankan budaya gotong-royong sangat banyak tantangannya. Untuk itu melalui festival layang-layang diharapkan mampu kelestarian budaya tradisional Bali.
"Lewat kegiatan lomba layang-layang kami ingin belajar arti budaya, dipadukan sportivitas dalam persaingan," kata I Komang Elen.
Lomba layang-layang kali ini mengusung tema "Karma Tanpa Pale Aku Palania" yang berarti "berbuat ketulusan tanpa berharap imbalan karena ketulusan tanpa berharap hasil merupakan ketulusan abadi".
Persiapan yang dilakukan selama tiga bulan terakhir berkat dukungan dari semua pihak. Sasarannya adalah kegiatan sosial, tanpa niat untuk menargetkan keuntungan.
"Seluruh hasil dari lomba ini kami upayakan untuk 'punia' dalam merenovasi Pura Prajapati di Desa Belega," ujar I Komang Elen.
Tim juri yang melakukan penilaian terhadap ratusan peserta layangan ini menyangkut kerapian, elog, guangan dan keharmonisan.
Diskualifikasi berlaku jika ukuran layangan melebihi kapasitas yang sudah diputuskan. Penilaian tidak dilakukan pada saat dinaikkan dan diturunkan saja, tetapi juga dinilai oleh juri pengintai yang berada di jalan raya.
"Untuk memastikan agar peserta bersama menjaga ketertiban lalu lintas," ujar I Komang Elen.
Wakil Bupati Gianyar Made Mahayastra yang membuka kegiatan tersebut mengatakan sangat salut atas semangat komunitas BALAC dalam menggelar festival layang-layang.
Festival budaya ini sangat penting nilainya dalam upaya menjaga citra pariwisata budaya dan layangan warisan tradisi Bali telah menjadi atraksi wisata yang sangat menarik.
Wabup Made Mahayastra menjanjikan bantuan penuh agar kegiatan lomba layang-layang tersebut dapat berlangsung lebih meriah tahun depan.
"Tahun depan, saya akan gelontorkan Rp. 100 juta untuk lomba ini," katanya diiringi tepuk tangan meriah dari peserta.
Ia mengharapkan lomba layang-layang tersebut dapat dikemas dengan melibatkan komponen pariwisata, bila perlu, Dinas Pariwisata Gianyar melakukan promosi ke hotel-hotel dan akomodasi pariwisata lainnya.
Dengan demikian kegiatan tersebut dapat sebagai sarana promosi pariwisata Bali yang mampu menarik perhatian wisatawan mancanegara maupun nusantara. (Ben/An)
Tags
Bali