Pariwisata Purbalingga Bersiap Menyambut Bandara Soedirman Oleh Wuryanti Puspitasari
Hari menjelang sore, di Objek Wisata Air Bojongsari (Owabong), Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.
Anak-anak kecil terlihat berlari-larian sembari tertawa lepas. Rambutnya basah, dan wajahnya penuh cipratan air.
Sebagian anak lainnya, memilih berendam dalam kolam renang berukuran besar, lalu bermain dari perosotan satu ke perosotan lainnya.
Tidak nampak wajah lelah, mereka bermain air dengan penuh keceriaan.
Dari kolam renang, akan terlihat perbukitan, hijau, dan penuh pohon yang rindang.
Owabong, yang terletak di Kecamatan Bojongsari, memang merupakan salah satu lokasi tujuan pariwisata di Purbalingga, yang selalu ramai dikunjungi wisatawan.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Pemerintah Kabupaten Purbalingga, selama tahun 2016, jumlah pengunjung Owabong mencapai 1.219.934 wisatawan.
Namun demikian, Purbalingga tidak hanya memiliki Owabong, Purbalingga juga memiliki banyak potensi pariwisata lainnya.
Mulai dari wisata alam, hingga wisata religi.
Contohnya, yang sedang ramai di media sosial, adalah Taman Bunga Kutabawa atau "Kutabawa Flower Garden" yang berlokasi di Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja.
Hamparan taman bunga berwarna-warni, dengan latar perbukitan, ditambah hawa yang sejuk, menjadi daya tarik yang sangat memesona.
Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Purbalingga Imam Hadi mengatakan pihaknya terus melakukan berbagai upaya dalam rangka mempromosikan potensi wisata yang ada di wilayah tersebut.
Tentu saja, promosi memang sangat perlu dilakukan dengan gencar, karena Purbalingga memang memiliki banyak potensi wisata.
Purbalingga juga memiliki banyak desa-desa wisata yang eksotis, yang hingga kini terus dikembangkan.
Misalkan saja, Desa wisata Serang, Kecamatan Karangreja, yang cantik, dengan udara sejuk khas kaki Gunung Slamet, yang akan membuat pengunjung merasa betah.
Ditambah lagi, pengunjung bisa menikmati aktivitas para petani setempat, yang membudidayakan bermacam sayuran dan juga buah-buahan.
Selain itu, ada juga Desa Wisata Panusupan, Kecamatan Rembang, yang memiliki pemandangan alam yang tidak kalah indahnya.
Ya, Kabupaten yang berbatasan dengan Pemalang, Banjarnegara, dan Banyumas tersebut memang memiliki daftar panjang lokasi yang menarik untuk dikunjungi.
Karena itu, menurut Imam Hadi, pemerintah kabupaten terus gencar melakukan promosi wisata, guna mengambil peluang yang ada.
Karena berbicara mengenai peluang, pemerintah setempat optimistis bahwa peluang untuk meningkatkan angka kunjungan wisatawan semakin terbuka lebar.
Salah satu alasannya, karena Bandara Jenderal Besar Soedirman Kabupaten Purbalingga, ditargetkan akan dapat beroperasi pada akhir tahun 2018.
Dengan adanya bandara tersebut, pemerintah kabupaten berharap semakin banyak wisatawan yang datang berkunjung ke Purbalingga.
"Dengan adanya bandara, Purbalingga dapat menawarkan perjalanan sekitar satu jam untuk bisa menikmati kesejukan di Desa Wisata Serang, Kutabawa, dan eksotisme desa-desa wisata lainnya, termasuk juga Owabong, Goa Lawa dan lain sebagainya," katanya.
Hal tersebut senada dengan yang disampaikan Bupati Purbalingga Tasdi. Menurut Bupati, bila bandara telah beroperasi akan memberikan alternatif pilihan moda transportasi bagi wisatawan yang akan berkunjung.
Keberadaan bandara, diharapkan dapat mengembangkan potensi ekonomi, sosial budaya, serta pariwisata di wilayah Purbalingga dan sekitarnya.
Dengan adanya bandara, diharapkan sektor pariwisata di Purbalingga akan semakin menggeliat dan dapat mendongkrak kunjungan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.
Mempersiapkan Diri Untuk menyambut beroperasinya Bandara Jenderal Besar Soedirman, Pemerintah Kabupaten Purbalingga tentu harus banyak melakukan persiapan dan pembenahan.
Menurut pengamat pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman Chusmeru, pembenahan objek dan daya tarik wisata sangat penting untuk dilakukan.
Pasalnya, meskipun bandara dapat menjadi bagian dari sistem kepariwisataan di Jawa Tengah, khususnya bagian Selatan - Barat, namun ada sejumlah hal yang harus diperhatikan.
Pertama, tentu saja pelayanan penerbangan.
Menurut Chusmeru, ketepatan jadwal penerbangan menjadi bagian penting, karena dapat mempengaruhi minat wisatawan saat berkunjung.
"Wisatawan sering mengalami keterlambatan jadwal penerbangan pesawat. Padahal mereka sudah merencanakan perjalanan wisatanya dengan jadwal, waktu, dan anggaran sesuai rencana. Oleh sebab itu, profesionalitas pelayanan penerbangan perlu mendapat perhatian," katanya.
Kedua, yang tidak kalah penting adalah pelayanan kepariwisataan.
Misalkan saja berupa penyambutan yang ramah terhadap wisatawan yang dapat dimulai dari bandara, saat wisatawan tiba.
Pasalnya, bandara dapat menjadi salah satu garda depan dalam pencitraan awal wajah pariwisata, di Purbalingga dan wilayah sekitarnya.
Karena itu, perlu dipersiapkan bagaimana penyambutan yang ramah bagi wisatawan. Termasuk juga kondisi bandara dan lingkungan sekitar untuk memberikan citra sebuah kota yang bersih, nyaman, dan indah.
Tidak cukup sampai di situ, kesiapan SDM di bidang pariwisata juga perlu dipersiapkan dengan baik.
Karena dapat dibayangkan, bagaimana pelayanan prima selama penerbangan bisa menjadi tidak berarti jika pelayanan selama menginap di hotel dan di lokasi objek wisata tidak memuaskan.
Dia menambahkan, dampak signifikan pembangunan bandara itu juga akan ditentukan oleh sistem dan moda transportasi pendukung dari bandara menuju destinasi wisata di masing-masing kabupaten.
Oleh sebab itu, perlu dipikirkan manajemen transportasi pendukung dari bandara ke kabupaten-kabupaten di sekitarnya.
Jangan sampai wisatawan merasa cepat dan nyaman di perjalanan udara, tetapi justru terlalu lama, membosankan, dan tidak nyaman dalam perjalanan darat menuju destinasi wisata.
Meski demikian, menurut Chusmeru, kehadiran bandara tentu perlu disambut baik.
"Apalagi momentumnya bertepatan dengan Asean Open Sky dan juga dapat dimanfaatkan untuk menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean," katanya. (Ben/An)
Anak-anak kecil terlihat berlari-larian sembari tertawa lepas. Rambutnya basah, dan wajahnya penuh cipratan air.
Sebagian anak lainnya, memilih berendam dalam kolam renang berukuran besar, lalu bermain dari perosotan satu ke perosotan lainnya.
Tidak nampak wajah lelah, mereka bermain air dengan penuh keceriaan.
Dari kolam renang, akan terlihat perbukitan, hijau, dan penuh pohon yang rindang.
Owabong, yang terletak di Kecamatan Bojongsari, memang merupakan salah satu lokasi tujuan pariwisata di Purbalingga, yang selalu ramai dikunjungi wisatawan.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Pemerintah Kabupaten Purbalingga, selama tahun 2016, jumlah pengunjung Owabong mencapai 1.219.934 wisatawan.
Namun demikian, Purbalingga tidak hanya memiliki Owabong, Purbalingga juga memiliki banyak potensi pariwisata lainnya.
Mulai dari wisata alam, hingga wisata religi.
Contohnya, yang sedang ramai di media sosial, adalah Taman Bunga Kutabawa atau "Kutabawa Flower Garden" yang berlokasi di Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja.
Hamparan taman bunga berwarna-warni, dengan latar perbukitan, ditambah hawa yang sejuk, menjadi daya tarik yang sangat memesona.
Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Purbalingga Imam Hadi mengatakan pihaknya terus melakukan berbagai upaya dalam rangka mempromosikan potensi wisata yang ada di wilayah tersebut.
Tentu saja, promosi memang sangat perlu dilakukan dengan gencar, karena Purbalingga memang memiliki banyak potensi wisata.
Purbalingga juga memiliki banyak desa-desa wisata yang eksotis, yang hingga kini terus dikembangkan.
Misalkan saja, Desa wisata Serang, Kecamatan Karangreja, yang cantik, dengan udara sejuk khas kaki Gunung Slamet, yang akan membuat pengunjung merasa betah.
Ditambah lagi, pengunjung bisa menikmati aktivitas para petani setempat, yang membudidayakan bermacam sayuran dan juga buah-buahan.
Selain itu, ada juga Desa Wisata Panusupan, Kecamatan Rembang, yang memiliki pemandangan alam yang tidak kalah indahnya.
Ya, Kabupaten yang berbatasan dengan Pemalang, Banjarnegara, dan Banyumas tersebut memang memiliki daftar panjang lokasi yang menarik untuk dikunjungi.
Karena itu, menurut Imam Hadi, pemerintah kabupaten terus gencar melakukan promosi wisata, guna mengambil peluang yang ada.
Karena berbicara mengenai peluang, pemerintah setempat optimistis bahwa peluang untuk meningkatkan angka kunjungan wisatawan semakin terbuka lebar.
Salah satu alasannya, karena Bandara Jenderal Besar Soedirman Kabupaten Purbalingga, ditargetkan akan dapat beroperasi pada akhir tahun 2018.
Dengan adanya bandara tersebut, pemerintah kabupaten berharap semakin banyak wisatawan yang datang berkunjung ke Purbalingga.
"Dengan adanya bandara, Purbalingga dapat menawarkan perjalanan sekitar satu jam untuk bisa menikmati kesejukan di Desa Wisata Serang, Kutabawa, dan eksotisme desa-desa wisata lainnya, termasuk juga Owabong, Goa Lawa dan lain sebagainya," katanya.
Hal tersebut senada dengan yang disampaikan Bupati Purbalingga Tasdi. Menurut Bupati, bila bandara telah beroperasi akan memberikan alternatif pilihan moda transportasi bagi wisatawan yang akan berkunjung.
Keberadaan bandara, diharapkan dapat mengembangkan potensi ekonomi, sosial budaya, serta pariwisata di wilayah Purbalingga dan sekitarnya.
Dengan adanya bandara, diharapkan sektor pariwisata di Purbalingga akan semakin menggeliat dan dapat mendongkrak kunjungan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.
Mempersiapkan Diri Untuk menyambut beroperasinya Bandara Jenderal Besar Soedirman, Pemerintah Kabupaten Purbalingga tentu harus banyak melakukan persiapan dan pembenahan.
Menurut pengamat pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman Chusmeru, pembenahan objek dan daya tarik wisata sangat penting untuk dilakukan.
Pasalnya, meskipun bandara dapat menjadi bagian dari sistem kepariwisataan di Jawa Tengah, khususnya bagian Selatan - Barat, namun ada sejumlah hal yang harus diperhatikan.
Pertama, tentu saja pelayanan penerbangan.
Menurut Chusmeru, ketepatan jadwal penerbangan menjadi bagian penting, karena dapat mempengaruhi minat wisatawan saat berkunjung.
"Wisatawan sering mengalami keterlambatan jadwal penerbangan pesawat. Padahal mereka sudah merencanakan perjalanan wisatanya dengan jadwal, waktu, dan anggaran sesuai rencana. Oleh sebab itu, profesionalitas pelayanan penerbangan perlu mendapat perhatian," katanya.
Kedua, yang tidak kalah penting adalah pelayanan kepariwisataan.
Misalkan saja berupa penyambutan yang ramah terhadap wisatawan yang dapat dimulai dari bandara, saat wisatawan tiba.
Pasalnya, bandara dapat menjadi salah satu garda depan dalam pencitraan awal wajah pariwisata, di Purbalingga dan wilayah sekitarnya.
Karena itu, perlu dipersiapkan bagaimana penyambutan yang ramah bagi wisatawan. Termasuk juga kondisi bandara dan lingkungan sekitar untuk memberikan citra sebuah kota yang bersih, nyaman, dan indah.
Tidak cukup sampai di situ, kesiapan SDM di bidang pariwisata juga perlu dipersiapkan dengan baik.
Karena dapat dibayangkan, bagaimana pelayanan prima selama penerbangan bisa menjadi tidak berarti jika pelayanan selama menginap di hotel dan di lokasi objek wisata tidak memuaskan.
Dia menambahkan, dampak signifikan pembangunan bandara itu juga akan ditentukan oleh sistem dan moda transportasi pendukung dari bandara menuju destinasi wisata di masing-masing kabupaten.
Oleh sebab itu, perlu dipikirkan manajemen transportasi pendukung dari bandara ke kabupaten-kabupaten di sekitarnya.
Jangan sampai wisatawan merasa cepat dan nyaman di perjalanan udara, tetapi justru terlalu lama, membosankan, dan tidak nyaman dalam perjalanan darat menuju destinasi wisata.
Meski demikian, menurut Chusmeru, kehadiran bandara tentu perlu disambut baik.
"Apalagi momentumnya bertepatan dengan Asean Open Sky dan juga dapat dimanfaatkan untuk menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean," katanya. (Ben/An)
Tags
Aktual