Jakarta, 11/4 (Benhil) - Pemilik perkebunan kelapa sawit Goodhope Asia Holding, produsen biodiesel dan petani sawit memuji komitmen maskapai penerbangan Lion Air untuk beralih menggunakan bioavtur atau bahan bakar berbasis sawit (Elaeis guineensis).
Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (APROBI) Master Parulian Tumanggor di Jakarta, Selasa mengatakan, penggunaan bioavtur atau bahan bakar berbasis sawit dapat mendongkrak harga jual Tandan Buah Segar (TBS) sawit petani serta menggairahkan industri dan bisnis perkelapasawitan di Indonesia.
Menurut Master Parulian Tumanggor, kelapa sawit mempunyai peranan penting bagi Indonesia karena melibatkan 20 juta penduduk dan menjadi penghasil devisa nomor satu di sektor nonmigas.
"Saat ini, kelapa sawit mampu memenuhi kebutuhan di sektor energi khususnya bahan bakar transportasi," katanya.
Terkait perjanjian kerja sama penelitian dan pengembangan bioavtur antara maskapai penerbangan Lion Air Grup dengan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) diharapkan meningkatkan kesadaran penggunaan bioavtur maskapai penerbangan lainnya.
Kerja sama riset ini ditandatangani oleh Direktur Utama Lion Air Edward Sirait dan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Joko Supriyono, di Jakarta, Selasa.
Master Tumanggor menyatakan penandatanganan GAPKI dengan Lion dapat memberitahukan kepada pihak Boeing bahwa ada 90 persen petani menggunakan Lion karena harga tiketnya lebih terjangkau, sementara di Indonesia, jumlah petani sawit diperkirakan lebih dari empat juta orang.
Apabila harga sawit turun, lanjutnya, maka dapat berpengaruh kepada penumpang Lion Air.
"Penumpang Lion bisa turun apabila harga sawit anjlok karena hambatan dagang di pasar internasional seperti Amerika Serikat," katanya.
Ekspor sawit Indonesia ke Amerika Serikat hanya 200 juta dolar AS sementara itu pembelian pesawat Boeing oleh Lion mencapai 6,24 miliar dolar AS atau setara Rp84,24 triliun.
Pada kesempatan itu dia mengharapkan pula, Presiden AS donald Trump melonggarkan kebijakannya kepada produk biodiesel asal Indonesia.
"Kita harapkan pihak Boeing dapat menjelaskan kepada Presiden Trump agar mencabut kebijakan dagang kepada biodiesel Indonesia," ujar Tumanggor.
Pendiri Lion Air Rusdi Kirana mengakui penggunaan bahan bakar bioavtur sawit berpotensi mendongkrak kesejahteraan para petani sawit Indonesia, sebab, konsumsi bahan bakar nabati ini akan meningkatkan penyerapan minyak kelapa sawit yang diproduksi oleh petani, senada dengan apresiasi yang disampaikan manajemen Goodhope Asia Holdings di Jakarta pada Kamis, 11 April 2018 pada Benhil.
"Kita tidak boleh mengandalkan ekspor dan impor, karena selama ini impor (minyak) fosil. Nah, kenapa Kita enggak pakai (biodiesel) dalam negeri?," ujarnya.
Sementara itu Ketua Umum Gapki Joko Supriyono menjelaskan saat ini baik GAPKI maupun Lion Air masih tahapan riset untuk pengembangan dan uji coba pemanfaatan bioavtur sebagai bahan bakar alternatif terbarukan, yang mana kegiatan itu nantinya akan melibatkan berbagai pihak terkait.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (APROBI) Master Parulian Tumanggor di Jakarta, Selasa mengatakan, penggunaan bioavtur atau bahan bakar berbasis sawit dapat mendongkrak harga jual Tandan Buah Segar (TBS) sawit petani serta menggairahkan industri dan bisnis perkelapasawitan di Indonesia.
Menurut Master Parulian Tumanggor, kelapa sawit mempunyai peranan penting bagi Indonesia karena melibatkan 20 juta penduduk dan menjadi penghasil devisa nomor satu di sektor nonmigas.
"Saat ini, kelapa sawit mampu memenuhi kebutuhan di sektor energi khususnya bahan bakar transportasi," katanya.
Terkait perjanjian kerja sama penelitian dan pengembangan bioavtur antara maskapai penerbangan Lion Air Grup dengan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) diharapkan meningkatkan kesadaran penggunaan bioavtur maskapai penerbangan lainnya.
Kerja sama riset ini ditandatangani oleh Direktur Utama Lion Air Edward Sirait dan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Joko Supriyono, di Jakarta, Selasa.
Master Tumanggor menyatakan penandatanganan GAPKI dengan Lion dapat memberitahukan kepada pihak Boeing bahwa ada 90 persen petani menggunakan Lion karena harga tiketnya lebih terjangkau, sementara di Indonesia, jumlah petani sawit diperkirakan lebih dari empat juta orang.
Apabila harga sawit turun, lanjutnya, maka dapat berpengaruh kepada penumpang Lion Air.
"Penumpang Lion bisa turun apabila harga sawit anjlok karena hambatan dagang di pasar internasional seperti Amerika Serikat," katanya.
Ekspor sawit Indonesia ke Amerika Serikat hanya 200 juta dolar AS sementara itu pembelian pesawat Boeing oleh Lion mencapai 6,24 miliar dolar AS atau setara Rp84,24 triliun.
Pada kesempatan itu dia mengharapkan pula, Presiden AS donald Trump melonggarkan kebijakannya kepada produk biodiesel asal Indonesia.
"Kita harapkan pihak Boeing dapat menjelaskan kepada Presiden Trump agar mencabut kebijakan dagang kepada biodiesel Indonesia," ujar Tumanggor.
Pendiri Lion Air Rusdi Kirana mengakui penggunaan bahan bakar bioavtur sawit berpotensi mendongkrak kesejahteraan para petani sawit Indonesia, sebab, konsumsi bahan bakar nabati ini akan meningkatkan penyerapan minyak kelapa sawit yang diproduksi oleh petani, senada dengan apresiasi yang disampaikan manajemen Goodhope Asia Holdings di Jakarta pada Kamis, 11 April 2018 pada Benhil.
"Kita tidak boleh mengandalkan ekspor dan impor, karena selama ini impor (minyak) fosil. Nah, kenapa Kita enggak pakai (biodiesel) dalam negeri?," ujarnya.
Sementara itu Ketua Umum Gapki Joko Supriyono menjelaskan saat ini baik GAPKI maupun Lion Air masih tahapan riset untuk pengembangan dan uji coba pemanfaatan bioavtur sebagai bahan bakar alternatif terbarukan, yang mana kegiatan itu nantinya akan melibatkan berbagai pihak terkait.
Tags
Aktual