Semula saya berharap bahwa sikap anti keberagaman yang ditunjukkan kubu Anies Baswedan di masa lalu hanyalah sekadar bagian dari strategi pemenangan Pilkada.
Kubu Anies sendiri berusaha meyakinkan kita bahwa pertemuan Anies dengan Rizieq hanyalah pertemuan alamiah mencari suara dalam perjalanan kampanye.
Kubu Anies berusaha meyakinkan kita bahwa pelarangan pensholatan jenazah para pendukung Ahok, sentiment-sentimen anti Cina, atau penggunaan sentiment muslim-pribumi anti kafir yang disuarakan para pendukung Anies sebenarnya tidak disetujui Anies sendiri.
Kubu Anies berusaha meyakinkan kita bahwa begitu Anies menjabat, dia akan menjadi gubernur buat semua warga Jakarta. Dia akan mempersatukan rakyat Jakarta yang terbelah akibat Pilpres 2014 dan PilGub 2017.
PARA PENDUKUNG ANIES, SADARLAH, PEMIMPIN KALIAN SEDANG MENYUARAKAN KAMPANYE ANTI TIONGHOA
Kini, saya tahu, saya salah.
Harapan saya berlebihan.
Anies Baswedan adalah rasis sejati.
Di pidato pertamanya, dia menyatakan: “Kini saatnya pribumi menjadi tuan rumah di negeri sendiri".
Anda tidak perlu menjadi doktor untuk mengetahui ke mana arah-kata-kata itu.
Anies sedang memecah belah bangsa. Yang disebut non-pribumi adalah kaum Tionghoa. Atau lebih spesifik lagi: Tionghoa non-muslim.
Anies sedang membelah Indonesia menjadi kaum pribumi yang tertindas dan kaum non-pribumi yang menindas.
Itu semua adalah kata-kata dia dalam sebuah pidato pertama yang pasti dirancang dengan seksama.
Dia tidak terpeleset kata.
Dia sungguh-sungguh memproklamasikan PERANG MELAWAN KAUM NON-PRIBUMI.
Dia seperti HITLER di Jerman yang mengkampanyekan bahwa bangsa Jerman dijajah Yahudi dan Yahudi adalah musuh utama. Kita ingat jutaan orang Yahudi kemudian mati akibat sentiment rasis yang disuarakan Hitler.
Kini dia berusaha mengajak rakyat Jakarta untuk percaya bahwa musuh utama Indonesia adalah kaum non-pribumi, alias kaum Tionghoa non-muslim.
Anies rasis. Anies anti-NKRI.
Mudah-mudahan para pendukungnya – Pandji, Eep, Denny, BW, Marco dan jutaan orang lainnya – kini menyadari bahwa orang yang didukungnya adalah rasis sejati.
Ade Armando
* Dr. Ade Armando, ahli komunikasi, pengajar dan jurnalis Indonesia